HARLEY Davidson mengguncang Asia. Perusahaan motor gede (moge) asal Amerika Serikat itu berencana untuk mendirikan pabrik perakitan di Thailand untuk memenuhi kebutuhan pasar di kawasan Asia Tenggara.
Keputusan ini memang cukup mengejutkan. Sebab selama ini Harley Davidson Inc tetap bertahan untuk menjalankan importasi kendaraan secara utuh atau completely built up (CBU) untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Namun, melihat skala bisnis dengan mempertimbangkan potensi pasar yang cukup besar, melakukan lokalisasi produk memang keputusan yang wajar. Apalagi, rencananya pabrik di Thailand tersebut juga akan menyupai kebutuhan pasar di China.
"Peningkatan akses dan keterjangkauan bagi pelanggan kami di kawasan Asia merupakan kunci pertumbuhan perusahaan. Tidak ada maksud lain," kata Katie Whitmore, manajer hubungan masyarakat Harley Davidson seperti dikutip dari Reuters, Senin (29/5/2017).
Harley akan banyak diuntungkan oleh operasional pabrik di Negeri Gajah Putih itu. Pertama, Thailand masih menyandang gelar sebagai pusat manufaktur otomotif di kawasan Asia Tenggara. Upaya negara lain termasuk Indonesia untuk menggeser posisi itu sejauh ini belum berhasil.
Kedua, dengan dijadikannya pusat manufaktur Thaland memiliki jumlah industri komponen yang sangat besar. Ini memudahkan Harley untuk mengoperasionalkan aktivitas perakitan maupun menyediakan suku cadang untuk kebutuhan aftersales.
Ketiga, perusahaan itu akan diuntungkan dengan terpangkasnya tarif impor karena kerjasama di tingkat Asean. Tak hanya itu, kerjasama perdagangan yang dijalin oleh Asean dan China juga akan menguntungkan.
Sebelumnya, Harley harus terbebani tarif hingga 60% saat mendatangkan kendaraan ke Thailand dari pabriknya di Milwaukee.
Keempat, potensi pasar yang sangat besar. Di kawasan ini, ada dua pasar yang sangat besar dan kemungkinan akan terus dikuasai oleh Harley, yakni China dan Indonesia. Dari sisi jumlah penduduk, dua negara ini menjadi yang terbesar di kawasan.
Di sisi lain, perusahaan terus memastikan bahwa produk yang dirakit di negara tersebut akan sesuai dengan standar global yang diterapkan, baik dari sisi spesifikasi produk, tampilan, suara, serta nuansa yang dihasilkan.
Di Indonesia, harga jual Harley terbilang sangat mahal yakni di kisaran Rp500 juta ke atas. Dengan adanya lokalisasi dan perjanjian perdagangan negara-negara Asia Tenggara, harga Harley akan lebih murah jika dirakit di Thailand.
Yang terpenting dari pendirian pabrik ini adalah, eksistensi Harley di Tanah Air yang bakal bertahan setelah sempat terpuruk dalam dua tahun terakhir. Konsumen di dalam negeri lega. Pasalnya, semakin dekat fasilitas produksi maka akan menjamin pelayanan dan varian produk yang ada akan semakin beragam.
Dari catatan Bisnis, penjualan Harley dari tahun ke tahun terus menurun. Pada 201 lalu merek ini terjual sebanyak 991 unit, kemudian anjlok menjadi 471 unit pada 2014 dan sebanyak 483 unit pada 2015. Adapun pada 2016 nasib Harley tidak menentu karena Mabua menyatakan mundur sebagai agen resmi.
Baru pada akhir tahun lalu pihak prinsipal menunjuk sejumlah perusahaan diler untuk menjadi agen resmi di Indonesia. Keputusan perusahaan untuk berinvestasi tentu diharapkan akan mampu membangkitkan gairah pasar moge legendaris ini di Tanah Air.