Bisnis.com, JAKARTA—Pasar otomotif Thailand diproyeksikan tetap lebih baik daripada Indonesia. Konflik politik yang terjadi dinilai hanya sementara dan geliat bisnis industri tetap kondusif.
“Konflik politik Thailand akan pengaruhi pasar otomotif domestik negara itu untuk jangka pendek. Karena pasar domestik mereka kecil, maka mereka berupaya untuk ekspor baik ke Indonesia maupun negara lain,” kata Ketua Dewan Pengawas Asean Competition Institute (ACI) Soy M. Pardede kepada Bisnis, Jumat (13/6/2014).
Sepanjang 4 bulan pertama tahun ini pasar kendaraan roda empat di Asean berjumlah 1,07 juta unit atau anjlok 12,9% dari 1,23 juta unit secara year-to-year (YoY). Ini terpengaruh menciutnya penjualan domestik Thailand dari 522.929 unit menjadi 297.431 unit secara YoY.
Pasar sepeda motor pada Januari – April tahun ini berjumlah 3,69 juta unit, susut 1,5% dari 3,75 juta unit (YoY). Perolehan ini lantaran ada beberapa pasar yang terjun bebas a.l. Malaysia 16,5% menjadi 147.106 unit, Singapura 22% menjadi 2.919 unit, dan tentunya Thailand sebesar 21,6% ke level 562.942 unit.
“Hambatan daya saing otomotif kita adalah suku bunga tinggi, kurangnya produktivitas SDM, tingginya biaya logistik karena infrastruktur belum berkembang dengan baik. Ini membebani produk kita saat diekspor,” kata Soy.
Penjualan domestik kendaraan roda empat di Negeri Gajah Putih tidak sampai separuh realisasi produksi, tepatnya hanya 46,17%. Produsen otomotif di negara itu melahirkan 644.222 unit selama 4 bulan pertama dan mayoritas barang ini diekspor.
Sementara Indonesia dalam kurun waktu yang sama memproduksi 461.373 unit mobil. Penjualan di dalam negeri mencapai 94,37% dari total produksi sama dengan 435.382 unit. Begitu pula dengan sepeda motor yang 99,52% di antaranya cuma terserap konsumen domestik.