Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, Ini Cara AHM Pertahankan Pangsa Motor Honda

Bisnis.com, JAKARTA—Untuk mempertahankan pangsa pasar sepeda motor di tengah gejolak nilai tukar rupiah, PT Astra Honda Motor (AHM) berencana menekan impor kendaraan utuh (completely build up/CBU).

Bisnis.com, JAKARTA—Untuk mempertahankan pangsa pasar sepeda motor di tengah gejolak nilai tukar rupiah, PT Astra Honda Motor (AHM) berencana menekan impor kendaraan utuh (completely build up/CBU).

Selain itu, terbuka peluang untuk mengurangi kuantitas distribusi kendaraan ataupun penaikan harga jual. Namun, ini semua tidak langsung diterapkan karena harus mencermati lebih jauh perkembangan kurs rupiah terhadap dolar AS.

Deputi General Manager Sales Division PT Astra Honda Motor (AHM) ThomasWijaya menyatakan sebetulnya belum ada rencana penaikan harga jual motor. Waktu yang diperlukan untuk meninjau kondisi perekonomian setidaknya hingga sebulan ke depan.

"Pengaruh naiknya kurs dolar terhadap impor CBU, kami belum berencana naikkan harga motor [mengikuti naiknya harga impor]. Barang impor butuh penyesuaian sekitar 3 bulan. Kalau dolar masih tinggi mungkin Oktober dan seterusnya mulai tidak kuat absorb material impor," katanya.

Sepanjang Januari - Juli 2013, impor motor CBU merek Honda sebanyak 9.575 unit atau setara 32,04% dari keseluruhan volume impor. Pembelian unit motor utuh merek Honda baru terjadi mulai Februari 2013 sebanyak 3.430 unit, Maret 1.391 unit, April 1.234 unit, Mei 990 unit, Juni 1.078 unit, dan Juli 1.452 unit.

AHM akan memantau pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai dengan awal September 2013. Jika dolar terus menguat, opsi yang memungkinkan dilakukan adalah memperketat pemesanan ke luar negeri, mengendalikan jumlah distribusi atau penjualan, dan melakukan penyesuaian harga.

"Kalau penyesuaian harga jual mungkin akan dilakukan bertahap. Sebab, kami belum tahu nanti Oktober akan seperti apa. Jangan sampai kekurangan stok karena menurunkan pemesanan. Kalau menaikkan harga secara signifikan harus memikirkan persaingan bisnis juga," tutur Thomas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper