Bisnis.com, JAKARTA - Paruh kedua tahun ini tetap disertai peluang berlanjutnya perang diskon antarpelaku usaha otomotif seperti yang terjadi pada semester I/2013.
PT Toyota Astra Motor (TAM), agen tunggal pemegang merek (ATPM) Toyota, menilai kelanjutan insentif potongan harga kendaraan sangat dipengaruhi keseimbangan antara permintaan dan pasokan.
Pasokan dari pabrikan ke diler yang lebih besar dibandingkan pesanan (over supply) dapat memancing munculnya perang diskon.
Pasalnya, prinsipal mobil berharap iming-iming potongan harga bisa mendongkrak penjualan dari diler ke konsumen (retail sales).
Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor (TAM) Rahmat Samulo menyatakan perang diskon utamanya dipicu masalah antara permintaan dan pasokan. Kemampuan pasar menyerap produksi dari pabrikan menentukan terjadi tidaknya over supply.
"Kalau suplai lebih besar dari permintaan maka diskon akan berlanjut ke semester kedua," ucapnya, di Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Ketika ditanya berapa potensi kisaran diskon untuk produk-produk Toyota pada semester II/2013, ia tak menjelaskan lebih jauh. Menurutnya, penentuan besaran diskon menjadi kewenangan diler utama, tidak ditentukan TAM.
Penentuan kisaran persentase diskon juga tidak mudah karena lazimnya berbeda antarmodel satu dengan yang lain. Besaran potongan harga hadir ketika muncul permintaan dari konsumen.
"Persentase diskon susah karena tergantung masing-masing model dan tingkat persaingan bahkan ada model yang tidak didiskon. Diskon ini terjadi saat orang mau beli," ucap Rahmat.
Semakin besar kapasitas produksi otomotif di dalam negeri harus diimbangi pertumbuhan pasar secara signifikan. Selama semester I/2013, prinsipal otomotif global telah mengucurkan US$1,2 miliar untuk mendongkrak kapasitas produksi dari 800.000 unit menjadi 1,2 juta unit per tahun.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat selama periode tersebut total penjualan mobil dari pabrikan ke konsumen (whole sales)sebanyak 601.951 unit.