Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LAPORAN DARI HANOI: RI-Australia Terus Berunding Soal Ekspor Mobil

Ekspor kendaraan bermotor menjadi salah satu sektor prioritas dalam perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA).
Deretan mobil produksi PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang siap diekspor di IPC Car Terminal, PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (8/3).JIBI-Dwi Prasetya
Deretan mobil produksi PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang siap diekspor di IPC Car Terminal, PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (8/3).JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, HANOI – Ekspor kendaraan bermotor menjadi salah satu sektor prioritas dalam perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA).

Otomotif menjadi sektor strategis karena seluruh perusahaan kendaraan yang memiliki fasilitas produksi menutup pabriknya di Australia.

Dalam pertemuan bilateral dengan jajaran Kementerian Perdagangan Negeri Kanguru tersebut, Indonesia mengajukan tawaran yakni dengan menyeimbangkan tarif perdagangan produk otomotif dengan produk pertanian.

“Kami harus menyusun perbandingan tarif yang ideal yang kini masih terus kami diskusikan. Kalau mereka tidak mau memberikan tarif 0% untuk sektor pertanian kami juga tidak mau memberikan 0% untuk manufaktur,” kata Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo usai menemui delegasi Australia di Hanoi, Sabtu (20/5/2017) malam.

Tahun lalu, sejumlah perusahaan otomotif memutuskan untuk menutup pabriknya di Australia. Antara lain dua merek asal Amerika yakni Ford Motor Co dan General Motors Co, serta raksasa otomotif asal Jepang, Toyota Motor Corp.

Ford secara resmi telah menghentikan aktivitas produksi pada Oktober tahun lalu. Keputusan itu kemudian disusul pabrik Holden milik General Motors dan Toyota Motor Corp yang akan menghentikan produksi pada tahun ini.

Iman menambahkan, untuk sektor ini yang menjadi tantangan adalah kemampuan Indonesia dalam merayu pihak prinsipal untuk memperluas akses pasar.

Pasalnya ekspor kendaraan bukan ditentukan oleh pengendali manufaktur, melainkan pihak prinsipal.

“Misalnya yang dari Jepang itu mereka langsung mengatur pasar globalnya. Kami tidak tahu bagaimana kebijakan Jepang tentang ekspor mobil di Australia. Tapi yang jelas tarif otomotif menjadi pembahasan di IA-CEPA,” ujarnya.

Sejauh ini, perusahaan otomotif yang berambisi untuk masuk ke pasar negara tersebut adalah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia.

Perusahaan yang merupakan eksportir kendaraan terbesar ini bahkan telah melakukan survei ke Australia.

Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahjono sebelumnya mengatakan bahwa setelah melakukan survei nantinya perusahaan akan menginformasikan ke pemerintah untuk dijadikan bahan pertimbangan perundingan perjanjian kerjasama antara kedua negara.

“Kami masih studi, untuk mengetahui model apa saja yang berpeluang dan bagaimana potensinya. Nanti pasti kami sampaikan perkembangannya [ke pemerintah]. Yang pasti ini potensi dan akan segera kami pelajari,” kata dia.

Menurutnya, potensi Indonesia untuk menjajah pasar kendaraan di Australia sangat besar. Selain karena adanya perundingan perjanjian perdagangan yang saat ini masih berjalan.

Secara geografis posisi Indonesia lebih dekat dibanding Thailand, yang juga menjadi eksportir kendaraan.

Dari data yang dirilis perusahaan, Toyota berhasil mencatatkan pertumbuhan ekspor dalam bentuk kendaraan utuh atau completely built up (CBU) yang signifikan.

Pada kuartal I/2017, ekspor Toyota mencapai 49.300 unit, naik hingga 42,07% dibandingkan capaian pada kuartal I/2016 yang hanya sebanyak 34.700 unit.

Selain CBU, Toyota juga mengekspor kendaraan secara terurai atau completely knock down (CKD). Untuk ekspor CKD tercatat sebanyak 12.300 unit, dan ekspor komponen di kisaran 24 juta unit.

Sementara ekspor untuk mesin bensin tipe TR mencapai 8.800 unit, mesin Ethanol tipe TR sebanyak 1.200 unit, mesin bensin tipe NR mencapai 20.300 unit, dan mesin Ethanol tipe NR sebanyak 1.000 unit.

Secara total, data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, pada kuartal I/2017 total ekspor CBU tercatat sebanyak 56.371 unit, naik sebesar 53,39% dibandingkan capaian pada kuartal I/2016 yang hanya sebanyak 36.750 unit. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Tegar Arief
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper