Bisnis.com, JAKARTA--Seperti halnya para kolektor dan penghobi, berbagai museum di Tanah Air juga berlomba-lomba memburu mobil-mobil lawas untuk melengkapi koleksi mereka. Berbagai cara rela dilakukan untuk mendapatkan kendaraan klasik bernilai tinggi yang sangat langka.
Saat ini, sudah ada beberapa museum yang mendedikasikan diri khusus untuk memamerkan koleksi mobil klasik. Museum Mobil Sentul di Bogor adalah salah satunya. Namun, ada juga museum lain dengan koleksi terlengkap di Indonesia, yaitu Museum Angkut di Kota Batu.
Museum alat angkut terbesar se-Asia Tenggara itu memiliki tak kurang dari 200 mobil antik, klasik, dan kuno. Angka itu belum termasuk kendaraan lawas lain, seperti motor, pesawat, sepeda, dan sebagainya. Lantas, bagaimana seluk beluk mereka dalam mengelola koleksinya?
Berikut penjelasan selengkapnya dari Relation Officer Musem Angkut, Yokka Rhismadora:
Ada berapa koleksi mobil klasik di Museum Angkut?
Kalau untuk mobil saja, kami punya kurang lebih 150-200 unit. Kalau secara keseluruhan, koleksi kami mencapai lebih dari 500 unit alat angkut.
Di jajaran mobil, koleksi kami yang paling tua adalah keluaran 1910, yaitu Buick Ten Toy Tonneau dari Amerika Serikat. Dia modelnya masih seperti kereta, mirip mobil Ford keluaran pertama. Itu kolesksi kami yang tertua, dan masih bisa dijalankan sampai sekarang.
Mobil yang dikoleksi rentang waktunya mulai kapan sampai kapan?
Dari yang paling tua 1910, yaitu Buick itu tadi. Lalu, yang paling muda adalah keluaran 2004, yaitu Hummer H2 Limousine.
Namun, mayoritas koleksi mobil kami adalah mobil klasik. Kami membedakan mobil klasik dan kuno. Mobil klasik itu dilihat berdasarkan model, tapi mobil kuno berdasarkan usianya. Bisa dibilang, mobil jadul begitu.
Untuk mobil kuno, kami punya beberapa koleksi. Ada juga yang replika. Salah satunya, kami mereplika mobil uap yang terakhir diproduksi pada 1700.
Koleksi yang paling bernilai tinggi dan paling di-highlight?
Ada beberapa. Salah satunya adalah mobil Ceremonial Land Rover dan Bentley Mark yang digunakan oleh Ratu Elizabeth II saat kunjungannya ke Australia pada 1954. Seusai kunjungan, mobil-mobil itu stay di Australia.
Kami mendapatkan keduanya dari Australia. Untuk diketahui, Ceremonial Land Rover ini adalah kendaraan yang paling sering digunakan oleh militer Negeri Kanguru.
Ada juga salah satu mobil yang pernah dipakai oleh Bung Karno, ditambah helikopternya yang dikenal dengan nama Helikopter Kepik. Ini salah satu dari mobil kepresidenan beliau. Nah, yang kami punya adalah Chrysler Windsor Deluxe keluaran 1952.
Bagaimana cara mendapatkan koleksi mobil-mobil klasik itu?
Beragam sih. Koleksi kami cukup banyak dan beragam, karena kami punya tim ekspedisi khusus yang mencari mobil-mobil ini dari dalam maupun luar negeri. Nah, koleksi kami 50% lokal, 50% impor.
Lalu, kami juga punya banyak koneksi yang kuat dengan para kolektor. Pada awalnya, koleksi kami juga didapatkan dari hibah para kolektor, maupun yang sekadar menitipkan koleksi mereka ke museum kami.
Tapi, tidak sedikit yang kami beli langsung dari para kolektor, kalau memang mereka mau melepas [menjual].
Mobil yang paling banyak dikoleksi buatan mana saja?
Paling banyak dari Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. Di museum angkut, kami membagi koleksi kami berdasarkan zona. Misalnya, zona Amerika, mobil yang dipajang mulai dari Cadillac, Mustang, Impala, Pontiac, dan sebagainya.
Lebih susah hunting lokal atau impor?
Tergantung. Kalau impor, sekarang kami dipermudah karena koneksi via internet sudah sangat banyak dan bisa langsung dikontak. Bahkan, situs-situs seperti e-bay juga bisa dimanfaatkan.
Kalau yang lokal, itu gampang-gampang susah. Saya contohkan, salah satu koleksi [sepeda] motor BSA Round Tank 1925 ini kami dapat di Sumatra. Ini juga cukup historical, karena motor ini khusus diproduksi untuk Perang Dunia I bagi tentara Inggris.
Nah, produk BSA ini paling banyak masuk ke Indonesia di daerah Siantar. Tapi, yang ada di sana sekarang mayoritas yang keluaran 1940-1960’an dan banyak digunakan untuk becak motor. Kalau yang keluaran 1925 seperti punya kami sudah sangat amat langka.
Berapa rata-rata dana yang dikucurkan untuk membeli 1 unit mobil klasik?
Kalau itu kami tidak pernah perhitungan. Sebab, mobil klasik itu tidak bisa dihitung berdasarkan harga pasar, karena memang tidak ada harga pasarnya. Hanya orang-orang dengan minat khusus yang mengeluarkan uang untuk membeli.
Sehingga, nilainya pun bervariasi, dan tentu saja harganya bisa selangit tergantung penawaran dan negosiasi. Namun, kalau memang dia sangat langka, harga berapapun akan dibeli. Untuk satu unit, bisa dihargai miliaran rupiah.
Apa tantangan terbesar dalam mengoleksi mobil klasik?
Perawatan itu tantangan terbesarnya. Sebab, yang kami hadapi ini adalah mesin-mesin kuno. Mesin-mesin lama, yang sebenarnya sangat bagus kualitasnya. Jadi, dari awal kami mencari yang kondisinya original dan bagus, serta masih bisa jalan.
Kami merawat secara reguler. Kami punya tim workshop sendiri dan tim mekanik. Setiap 2-3 hari, secara bergantian perawatan dilakukan per zona. Selain perawatan mesin, kondisi fisik juga menjadi titik tekan.
Berdasarkan sharing dari tim mekanik, perawatan mesin adalah tantangan terbesar. Sebab, mesin-mesin ini dibuat jauh sebelum kita dilahirkan. Bahkan, pada awalnya kami sempat bingung, misalnya di mana letak tangki bensin untuk mobil tertentu, dan sebagainya.
Jadi, kami perlu belajar lagi, cari lagi, dan terus pelajari mesin-mesin lama. Itu saja sih. Seru sekali sebenarnya, sebab kami jadi lebih banyak tahu.
Pernahkah ada yang menawar koleksi di Museum Angkut?
Wah, banyak sekali. Namun, kami berkomitmen koleksi kami tidak untuk dijual.
Justru, mayoritas orang itu yang benar-benar suka otomotif, mereka lebih melirik koleksi kami karena nilai klasiknya, kelangkaannya, atau nilai historisnya. Yang menawar pun bervariasi mulai ratusan juta hingga miliaran.
Namun, museum ini tujuannya untuk edukasi. Kami ingin mengenalkan kepada masyarakat mengenai perkembangan alat angkut, sebab banyak orang yang tidak tahu siapa pencipta mobil-mobil itu. Jadi, ini sekaligus untuk mengapresiasi para pembuatnya.
Setiap akhir pekan, kami selalu adakan parade keliling kompleks museum seluas 3,7 hektare. Selain untuk berinteraksi dengan pengunjung, ini sekaligus membuktikan bahwa koleksi kami tidak hanya untuk dipajang, tapi masih bisa dioperasikan.