Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Daerah diharapkan dapat menurunkan pajak kendaraan bermotor untuk mendorong pertumbuhan penjualan industri otomotif. Menaikkan pajak daerah dinilai hanya akan menghilangkan potensi pendapatan daerah.
Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan bahwa pajak daerah, seperti bea balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB) menjadi penghambat pertumbuhan penjualan mobil.
Menurutnya, kenaikan BBN-KB seperti yang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta kurang tepat untuk dilaksanakan saat ini. Dia menilai daya beli masyarakat cenderung stagnan. Kenaikan pajak dinilai hanya akan menghilangkan potensi pendapatan daerah.
“Padahal mobil itu sudah menjadi sumber pendapatan pemerintah daerah. Jadi kalau dinaikkan bukannya pendapatan daerah yang naik, tapi volumenya yang turun, konsumsi malah turun, ini kan berbahaya buat ekonomi yang sedang membutuhkan daya dorong,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Dia mengatakan produsen otomotif sudah melakukan efisiensi dengan mengurangi margin keuntungan penjualan. Menurutnya, pemerintah daerah perlu lebih kolaboratif agar daya beli masyarakat tetap terjaga.
“Kan ada margin perusahaan dan ada pajak, di sisi margin kami sudah berdarah-darah, pajaknya ini yang harus dikurangi, supaya daya beli terangkat. Kalau indusri jalan, ekonomi juga jalan pada akhirnya. Kalau daya beli menurun dan dibiarkan bisa berbahaya, dia akan menggulung,” katanya.
Dia mengatakan dukungan sektor finansial juga perlu ditingkatkan untuk menggenjot penjualan kendaraan. Dia menilai perbankan dan sektor jasa finansial di Indonesia belum cukup efisien. Hal ini terlihat dari margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan dalam negeri yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain.
Penjulaan mobil pada 5 tahun terakhir tercatat di kisaran 1 juta unit per tahun. Pertumbuhannya penjualan mobil selalu mentok di angka satu digit. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga stagnan di kisaran 5%.
Bob mengatakan bahwa di era motorisasi seperti ini seharusnya penjualan mobil bisa mencapai dua kali lipat pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) nasional. Namun, hal itu tidak pernah terjadi dalam 5 tahun terakhir.
“Bandingkan dengan negara lain, interest rate, pajaknya berapa, mestinya kita saat masuk ke era motorisasi tumbuhnya otomoatif itu 2 kali lipat dari PDB. Memang ada karena ekonomi di daerah tidak terlalu bagus, harga komoditas juga tidak bagus, ekonomi dunia melemah, jadi memang harus ada effort dari kita semua,” katanya.