Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Cip, Subaru Setop Produksi di Jepang

Juru bicara Subaru mengatakan bahwa langkah menghentikan kegiatan produksi sementara itu menjadi bentuk antisipasi dalam menyiasati kelanggan semikonduktor atau cip.
Seorang fotografer membidik logo Subaru di arena The 45th Tokyo Motor Show 2017. /Reuters
Seorang fotografer membidik logo Subaru di arena The 45th Tokyo Motor Show 2017. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pabrikan mobil asal Jepang Subaru terpaksa menghentikan produksinya di pabrik Gunma, Jepang, karena kekurangan pasokan semikonduktor.

Seperti yang diberitakan Carbuzz, juru bicara Subaru mengatakan bahwa langkah menghentikan kegiatan produksi sementara itu menjadi bentuk antisipasi dalam menyiasati kelanggan semikonduktor atau cip.

“Ini adalah bagian dari penyesuaian produksi karena kami kekurangan semikonduktor," ujarnya dalam keterangan resmi.

Subaru akan memulai penghentian produksi di Jepang pada 16 Juli. Pabrik yang terletak di prefektur Gunma, barat laut dari Tokyo, akan diistirahatkan dalam waktu singkat.

Selama penghentian berlangsung, Subaru diperkirakan tidak mengalami kerugian terlalu besar karena perusahaan telah mencatatkan kenaikan penjualan secara bulanan sebesar 9 persen pada Mei.

Sementara itu, penjualan Subaru dari tahun ke tahun juga naik 30 persen dibandingkan dengan lima bulan pertama tahun lalu.

Carbuzz memperkirakan kekurangan tersebut akan berkurang dalam beberapa bulan ke depan karena Amerika Serikat (AS) berencana menginvestasikan lebih dari US$50 miliar atau sekitar Rp722 miliar untuk memproduksi cip dalam negeri.

Langkah Subaru untuk menghentikan produksi bukanlah yang pertama. Kekurangan pasokan semikonduktor telah menjadi krisis global sektor otomotif. Sejumlah merek harus mengakalinya dengan menghentikan sementara fasilitas produksi.

Krisis memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Salah satu perusahaan otomotif yang terdampak adalah produsen mobil Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang seperti Mitsubishi Motors Corp, General Motors, Volkswagen, Toyota, Ford, dan Stellantis.

CEO Volkswagen di China Stephan Wollenstein mengatakan kekurangan cip berdampak pada model yang menggunakan program stabilitas elektronik, sensor yang bekerja dengan sistem pengereman antiterkunci pada mobil untuk mencegah macetnya roda saat belok.

Krisis pasokan cip juga memengaruhi kegiatan produksi dari produsen otomotif Jepang. Toyota Motor Corporation, misalnya, menghentikan aktivitas pabriknya di Guangzhou, China, pada 11 Januari.

Honda juga sempat mengumumkan penghentian produksi di Pabrik Swindon, Inggris, pada 5 – 6 Januari 2021. Penghentian akibat krisis komponen cip itu pun berlanjut pada 18 Januari dan pabrik kembali beroperasi pada 22 Januari.

Nissan juga terpaksa mengurangi produksi Nissan Note di salah satu pabriknya di Jepang karena kekurangan pasokan cip. Produksi Note akan dipangkas menjadi 5.000 unit dari rencana semula 15.000 unit.

AlixPartners, perusahaan konsultan global yang memantau pergerakan krisis semikonduktor, menganalisis bahwa fenomena tersebut dapat merugikan industri otomotif sebanyak US$110 miliar atau setara Rp1.572 triliun.

Mereka juga memperkirakan pabrikan otomotif global akan kehilangan 3,9 juta unit produksi kendaraan tahun ini. Jumlah itu mencapai 4,6 persen dari 84,6 juta kendaraan yang akan diproduksi pada 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper