Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dihantam Virus Corona, Penjualan Mobil di China Merosot ke Level Terendah

Penjualan mobil di China merosot ke level terendah pada bulan pertama tahun ini menyusul merebaknya virus corona yang menghambat penjualan dan proses manufaktur otomotif.
Beragam mobil bekas tampak di pasar kendaraan seken di Pingdingshan, Privinsi Henan, China, 5 November 2018. /REUTERS
Beragam mobil bekas tampak di pasar kendaraan seken di Pingdingshan, Privinsi Henan, China, 5 November 2018. /REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA —Penjualan mobil di China merosot ke level terendah pada bulan pertama tahun 2020 menyusul merebaknya virus corona yang menghambat penjualan dan proses manufaktur otomotif.

Seperti dilansir Bloomberg, Kamis (13/2/2020), Asosiasi Manufaktur Otomotif China menyatakan jumlah penjualan turun 20 persen menjadi 1,61 juta mobil pada Januari 2020. Angka ini merupakan penurunan terendah sejak Januari 2012.

Wabah virus corona menghantam industri otomotif di tengah tren perlambatan ekonomi dan peranh dagang. Penjualan bahkan meluncur turun selama tiga tahun berturut-turut sebelum wabah virus corona menyebar di China.

Jika dirinci, kendaraan listrik memimpin penurunan yang merosot hingga 54 persen. Robin Zhu, analis Sanford C. Bernstein & Co. mengatakan mobil listrik dan model tradisional premium diperkirakan bakal tertekan signifikan akibat virus corona karena penjualan di kedua model itu terkonsentrasi di kota-kota besar.

Penjualan mobil listri tercatat terus menunjukkan penurunan di China selama empat bulan terakhir, setelah pemerintah memutuskan untuk mencabut subsidi pada Juli tahun lalu.

Asosiasi otomotif lainnya yakni Asosiasi Mobil Penumpang juga akan memberikan laporan penjualan mobil pada Januari tahun ini. Asosiasi itu sempat memperkirakan wabah virus corona bakal menyeret turun penjualan tahunan di kisaran 5 persen, dengan penjualan pada Januari-Februari 2020 bakal merosot 30 persen.

Perusahaan otomotif misalnya Volkswagen AG, Tesla Inc., dan Toyota Motor Corp. bahkan telah mengumumkan bakal ada disrupsi dalam proses produksinya di China. Perusahaan-perusahaan tersebut akan mengurangi produksi sebesar 15 persen pada kuartal awal tahun ini, setelah memperpanjang penutupan pabrik akibat merebaknya virus corona.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper