Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengendalian Impor CBU Mulai Berdampak

Sejalan dengan perlambatan penjualan domestik, impor untuk kendaran nasional juga turun cukup dalam hingga 37,2% pada 4 bulan pertama 2019. Penurunan impor itu disebabkan pemerintah mendorong produsen otomotif untuk lebih memasarkan produk yang diproduksi dalam negeri.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Harjanto memberikan paparan dalam diskusi bertajuk Roadmap Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia, di kantor pusat PLN, Jakarta, Selasa (10/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Harjanto memberikan paparan dalam diskusi bertajuk Roadmap Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia, di kantor pusat PLN, Jakarta, Selasa (10/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA--Sejalan dengan perlambatan penjualan domestik, impor untuk kendaran nasional juga turun cukup dalam hingga 37,2% pada 4 bulan pertama 2019. Penurunan impor itu disebabkan pemerintah mendorong produsen otomotif untuk lebih memasarkan produk yang diproduksi dalam negeri.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, sepanjang Januari-April 2019, impor utuh kendaraan (completely built up/CBU) sebanyak 22.238 unit. Jumlah itu, turun cukup dalam jika dibandingkan dengan periode yang sama 2018 yang sebanyak 35.402 unit.

Dari sisi nilai, BPS mencatat nilai impor kendaraan bermotor, komponen, terbongkar sepanjang Januari-April senilai US$186,8 juta, turun 24,42% ketimbang periode yang sama tahun 2018. Impor kendaraan bermotor, komponen, terbongkar ini menjadi salah satu sektor yang mengalami penurunan cukup dalam.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto mengatakan,sejak tahun 2018, pemerintah telah mendorong agen pemegang merek (APM) untuk lebih memasarkan produk yang diproduksi di pabrik atau perakitan dalam negeri dan mendorong ekspor.

Dampaknya, papar Harjanto, mulai kelihatan pada April kemarin di mana nilai ekspor kendaraan dan komponennya mencapai hampir US$600 juta, sementara impor pada kisaran US$50 juta. Kemenperin mendorong agar pelaku industri yang ingin mengimpor banyak harus melakukan industrialisasi dalam negeri.

"Saya arahkan agar kalau mau melakukan impor dalam jumlah banyak untuk penetrasi pasar, kalian harus membangun fasilitas CKD atau perakitan dalam negeri sehingga memberikan nilai tambah," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (23/5/2019).

Harjanto menjelaskan, beberapa merek telah mencoba untuk melakukan perakitan di dalam negeri seperti BMW Group yang merakit beberapa model BMW dan Mini di dalam negeri. Selain itu, dalam waktu dekat Volkswagen (VW) juga akan mulai merakit kendaraan dalam negeri untuk model SUV Tiguan.

Selain mobil, Kemenperin juga mendorong merek sepeda motor seperti Royal Enfield, Lambretta untuk tidak hanya melakukan impor utuh (CBU) tetapi juga membangun perakitan di dalam negeri. Hal itu bertujuan untuk mendapatkan pasar yang lebih besar sekaligus memberikan nilai tambah dalam negeri.

"Volkswagen Juni mereka akan proses perakitan dalam negeri untuk VW Tiguan. Mini Countryman sudah di dalam negeri, termasuk juga untuk sepeda motor," paparnya.

Harjanto melanjutkan, untuk importir umum pemerintah berupaya bijaksana dalam memberikan izin impor untuk menjaga neraca perdagangan sektor otomotif. Pemerintah tidak bisa membatasi 100% importasi tetapi berupaya menjaga keseimbangan neraca perdagangan.

"Yang bisa kami lakukan ialah mengurangi, kalau meminta jumlah banyak kami minta komitmen untuk industrialiasi dalam negeri, kalau belum sekarang, komitmennya kapan, itu disampaikan ke Kemenperin," paparnya.

Di sisi lain, para agen pemegang merek (APM) nampak menahan diri untuk melakukan impor dan fokus untuk memasarkan produk yang diproduksi dalam negeri. Hampir semua merek tercatat mengurangi impor utuh kendaraan dan menggenjot ekspor.

Sepanjang 4 bulan pertama 2019, ekspor CBU asal Indonesia sebanyak 90.236 unit, naik 16,2% dibandingkan periode yang sama 2018. Ekspor utuh merek Toyota masih menjadi kontributor terbesar ekspor CBU.

Peningkatan ekspor pada 4 bulan pertama 2019 ini juga dipengaruhi oleh penambahan model yang dikapalkan seperti Xpander yang mulai dikapalkan tahun lalu. Tahun ini beberapa merek juga telah menyatakan siap melakukan ekspor seperti Wuling dengan Almaz, Isuzu dengan pikap Traga dan DFSK melalui Glory 580 dan Glory 560.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Thomas Mola
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper