Bisnis.com, JAKARTA – Hyundai Motor mencatatkan kenaikan laba bersih 24% pada kuartal I/2019.
Kenaikan itu disokong moncernya bisnis perseroan di Amerika Serikat dan Korea Selatan yang dapat mengompensasi seretnya penjualan kendaraan Hyundai di China.
Dilansir Reuters, Rabu (24/4/2019), pada kuartal I/2019 laba bersih perseroan mencapai 829 miliar won atau setara US$721,81 juta. Realisasi laba bersih itu bahkan melampaui perkiraan para analis di kisaran 758 miliar won. Pada periode yang sama 2018 laba bersih perseroan tercatat hanya 668 miliar won.
Adapun laba operasional pada kuartal I/2019 naik 21% menjadi 825 miliar won, sedangkan pendapatan tumbuh 7% menjadi 23,99 triliun won.
Pencapaian itu menjadi angin segar bagi Hyundai yang pada tahun lalu sempat mencatatkan raihan laba terburuk dalam 8 tahun terakhir. Hal itu juga tidak terlepas dari strategi Hyundai untuk menghentikan sementara pabrik di China lantaran kapasitas yang berlebih.
Penjualan Hyundai di China pada kuartal I/2019 melorot 19%, atau terendah sejak 2009. Hal itu disinyalir lantaran minimnya model kendaraan yang menarik bagi konsumen di Negeri Panda, serta persaingan yang semakin ketat dengan produsen lain.
Sebaliknya, penjualan di Korea Selatan pada periode yang sama tumbuh 9%, tertinggi sejak 2002. Pencapaian itu disokong larisnya mobil SUV Palisade.
Sementara itu, pada pekan lalu Hyundai merekrut mantan petinggi Nissan, Jose Munoz, untuk mengurus operasional perseroan di Amerika Serikat. Dia menggantikan William Lee yang tak sampai setahun menjabat.
Hyundai dan produsen otomotif lain saat ini juga menghadapi tantangan pengenaan tarif impor oleh Amerika Serikat, seperti yang dikemukakan Presiden AS Donald Trump.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
