Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mobil Listrik MPV dan SUV Paling Cocok di Indonesia

Produsen otomotif didorong untuk memproduksi kendaraan listrik dengan menyasar segmen paling gemuk di Tanah Air yakni MPV dan SUV.
Pengisian energi kendaraan listrik/Reuters
Pengisian energi kendaraan listrik/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Produsen otomotif didorong untuk memproduksi kendaraan listrik dengan menyasar segmen paling gemuk di Tanah Air yakni MPV dan SUV.

Hal itu bertujuan untuk menciptakan populasi kendaraan listrik yang besar, memiliki skala ekonomis, dan berdampak pada penurunan konsumsi bahan bakar.

Ketua Tim Mobil Listrik Nasional (Molina) Agus Purwadi mengatakan, salah satu usulan yang dihasilkan dari kajian kendaraan listrik perguruan tinggi ialah menyasar segmen yang paling laris di Tanah Air yakni multi purpose vehicle (MPV) dan sport utility vehicle (SUV).

"Kalau lihat data penjualan, MPV itu sekitar 32% kemudian SUV 17%. Tren dunia ke SUV sehingga ini yang disasar," ujarnya di Denpasar, Selasa (23/4/2019).

Adapun, sedikitnya terdapat 6 perguruan tinggi telah melakukan uji coba mobil listrik yang didukung Kementerian Perindustrian. Uji coba itu menggunakan kendaraan Toyota Prius hibrida dan hibrida colokan.

Agus berpendapat, model Prius yang merupakan sedan tidak begitu cocok dengan karakter konsumen Indonesia yang lebih memilih MPV dan SUV. Untuk itu, produsen harus menyasar kedua segmen tersebut karena cocok dengan pasar Indonesia.

Dia menuturkan, kendaraan hibrida jauh lebih efisien dibandingkan dengan model low cost green car (LCGC). Kendaraan harga terjangkau itu menjadi cepat berkembang dan mampu meraih sekitar 20% dari total penjualan nasional karena mendapatkan insentif 0%.

Padahal, jika dibandingkan efisiensi konsumsi bahan bakar, kendaraan hibrida jauh mengungguli LCGC. Menurutnya, tidak bijak jika teklogi hibrida yang jelas lebih baik tidak dihadirkan ke pasaran dengan harga yang terjangkau pula.

"Ada teknologi yang lebih bagus tapi kita tidak promosikan itu, kita tidak bijak," tambahnya.

Adapun, dalam peta jalan industri otomotif nasional pemerintah mentargetkan 20% dari total produksi kendaraan baru di Indonesia pada 2025 adalah berteknologi listrik. Hal itu bertujuan mendukung komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (CO2) sebesar 29% pada tahun 2030, sekaligus menjaga kemandirian energi nasional.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto mengatakan, untuk mencapai target tersebut pemerintah memiliki program low carbon emission vehicle (LCEV).

"Program ini terdiri dari tiga sub program yaitu Kendaran Hemat Energi Harga Terjangkau (KBH2), electrified vehicle dan flexy engine," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Thomas Mola
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper