Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang China-AS, Beijing Potong Tarif Impor Otomotif

Pemerintah China akan menghentikan sementara tarif tambahan 25% pada kendaraan dan suku cadang buatan Amerika Serikat mulai 1 Januari 2019
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com,  JAKARTA —Pemerintah China akan menghentikan sementara tarif tambahan 25% pada kendaraan dan suku cadang buatan Amerika Serikat mulai 1 Januari 2019.

Kementerian Keuangan China mengatakan langkah itu diambil setelah ‘gencatan senjata’ dalam perang dagang antara dua negara adikuasa tersebut.  Seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (15/12/2018), Kementerian Keuangan China dalam pernyataan resmi yang diunggah dalam situsnya berharap kedua negara dapat mempercepat negosiasi untuk menghapus semua tarif tambahan satu sama lain. 

Harapannya tarif dikurangi dari 40% menjadi 15% seperti sebelum perang dagang antara kedua negara terjadi. Adapun penghentian sementara itu akan berlangsung selama tiga bulan.

Terkait langkah Beijing tersebut Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut baik. Dia mengapresiasi kebijakan sang rival melalui akun media sosialnya.

“China baru saja mengumumkan bahwa ekonomi mereka tumbuh jauh lebih lambat daripada yang diantisipasi karena Perang Dagang dengan kami. Mereka baru saja menangguhkan kenaikan tarif untuk AS. Kami melakukannya dengan sangat baik. China ingin membuat kesepakatan besar dan sangat komprehensif. Itu bisa terjadi, dan segera!” cuit Trump.

Tak berselang lama setelah pengumuman kebijakan China tersebut, pabrikan mobil listrik asal AS yang juga menjual produknya di China, Tesla Inc (TSLA.O) mengatakan telah memotong harga pada jenis kendaraan Model S dan Model X di negeri Tirai Bambu itu.

"Ini adalah sinyal yang baik bahwa China dan Amerika Serikat berada di jalur untuk memecahkan perang perdagangan. Pabrikan mobil mungkin memesan sejumlah besar mobil impor sekarang," kata Wang Cun, Direktur Komite Impor di Asosiasi Otomotif China. 

Sambutan positif atas kebijakan itu muncul pula dari Joe Hinrichs, Presiden Operasi Global dari pabrikan mobil asal Amerika Serikat, Ford Motor Co (F.N). Pihaknya mencatat bahwa produsen mobil AS mengekspor hampir 50.000 unit kendaraan buatan negeri Paman Sam ke China pada 2017.

"Kami memuji kedua pemerintah untuk bekerja sama secara konstruktif untuk mengurangi hambatan perdagangan dan pasar terbuka," kata Hinrichs.

Hal itupun berdampak pada pasar modal. Saham Ford naik 2% pada Jumat lalu.

Naikkan Tarif untuk Produk Otomotif

Seperti diketahui pada Juli lalu, China menaikkan tarif untuk  produk otomotif dan komponennya yang diimpor dari AS setelah Presiden Trump mengatrol pajak kendaraan dan suku cadang yang diimpor dari China menjadi 27,5%.

Kendati sudah ada kebijakaan kooperatif dari pemerintahan XI Jinping, pabrikan mobil di AS tidak berekspektasi pemerintah akan segera memotong tarif yang lebih tinggi pada impor China sebagai tanggapan terhadap langkah negeri Tirai Bambu tersebut.

Sebagai gambaran, ekspor otomotif antara kedua negara relatif kecil. China mengekspor 53.300 unit kendaraan ke pasar AS tahun lalu dan mengimpor 280.208 kendaraan buatan AS. Data tersebut berasal dari Pusat Penelitian dan Teknologi Otomotif China (CATARC), sebuah think-tank yang berafiliasi dengan pemerintah.

Di sisi lain, angka industri menunjukan dalam 11 bulan pada tahun ini, China memproduksi 25,3 juta unit mobil. Jumlah turun 2,6% dari periode yang sama tahun lalu. Adapun untuk angka impor, Wang mengatakan produsen mobil di China yang mendapatkan pengiriman mobil dari AS melihat penurunan volume sekitar 30% dalam 10 bulan pada 2018. Akan tetapi pemotongan tarif diharapkan akan membawa jumlah impor kembali ke level sebelumnya.

Selain Ford, produsen mobil asal Jerman, BMW (BMWG.DE), mengatakan menyambut positif pengurangan tarif impor yang dilakukan China atas kendaraan dari Amerika Serikat.

Sebelumnya, dengan adanya tarif tambahan yang diberlakukan pemerintah China untuk mobil yang diimpor dari Amerika Serikat  sangat memukul keuangan pabrikan Jerman tersebut. BMW Group harus mengeluarkan biaya hingga US$ 338 juta atas perang dagang tersebut.

Kebijakan penangguhan tarif oleh Beijing ternyata memiliki latar belakang yang kuat atas kebutuhan sandang China. Kebijakan itu keluar setelah Pemerintah China berencana melakukan pembelian besar pertama kedelai dari AS yang dibicarakan kedua negara di sela-sela pertemuan G20 di Argentina awal bulan ini.

Penangguhan tarif dan pembelian kedelai adalah tanda-tanda awal bahwa perang dagang yang menuai buah pahit antara China dan Amerika Serikat mungkin mulai mencair. Di Argentina, Trump dan Xi setuju melakukan ‘gencatan senjata’ dengan menunda kenaikan tarif dimulai 1 Januari. 

Seperti diungkapkan seorang pejabat administrasi di pemerintahan Trump, pemangkasan tarif di China dikomunikasikan awal pekan ini melalui komunikasi antara Wakil Perdana Menteri Liu He dengan Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.

China akan menangguhkan tarif sebesar 2% untuk 144 kendaraan dan onderdil mobi asal ASl serta 5% tarif untuk 67 item mobil antara 1 Januari hingga 31 Maret 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Sumber : reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper