Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Usaha Komponen Butuh Dukungan Pemerintah

Saat ini banyak perusahaan komponen otomotif menderita dari sisi finansial karena suku bunga pinjaman dan beban upah karyawan yang tinggi serta ketatnya persaingan dengan pelaku komponen asing.
Truk -  Warehouse Hino Banjarmasin dengan area yang lebih luas hingga 800 meter persegi mampung menampung lebih dari 2000 suku cadang. /hino
Truk - Warehouse Hino Banjarmasin dengan area yang lebih luas hingga 800 meter persegi mampung menampung lebih dari 2000 suku cadang. /hino

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah diharapkan terlibat untuk membantu pelaku usaha komponen tier II & tier III yang sedang sakit. Pasalnya, saat ini banyak perusahaan komponen otomotif menderita dari sisi finansial karena suku bunga pinjaman dan beban upah karyawan yang tinggi serta ketatnya persaingan dengan pelaku komponen asing.

Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia Wan Fauzi mengatakan, tantangan utama pelaku usaha komponen tier II dan tier III pada tahun ini ialah beban produksi yang meningkat karena harga material yang naik karena depresiasi rupiah. Kondisi itu diperparah dengan standar upah karyawan yang sudah tinggi dan bakal mengalami penyesuaian tahun depan.

“Di PIKKO mungkin 50% saja yang sehat. Sisanya, perusahaan yang sakit bertahan sudah baik. Ada yang bertahan tapi tidak untung karena bunga pinjaman bank yang tinggi,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (14/10/2018).

Wan Fauzi melanjutkan tantangan lainnya datang dari kehadiran investasi asing pada sektor komponen. Investasi asing pada sektor komponen harusnya diarahkan pada komponen yang belum bisa diproduksi oleh pelaku usaha dalam negeri.

Dia berpendapat, alangkah baiknya jika pemerintah yang memiliki program untuk menumbuhkan pengusaha baru juga memperhatikan perusahaan komponen yang tengah berjuang untuk bertahan hidup.

Selain itu, perusahaan asing yang masuk ke dalam negeri perlu didorong untuk bermintra dengan pelaku usaha lokal karena banyak pelaku usaha komponen kesulitan secara finansial untuk operasional apalagi untuk meningkatan usaha.

“Memang butuh survei untuk melihat jelas masalahnya di mana apakah karena tidak efisien, apakah harga yang terlalu murah. Kami siap untuk duduk bersama dengan pemerintah untuk melakukan kajian,” paparnya.

Wan Fauzi melanjutkan, pemerintah perlu melakukan kontrol berkala terkait kebenaran menanamkan modal di dalam negeri. Pasalnya, terdapat juga perusahaan asing klaimnya, hanya menyewa ruko kemudian menerima pesanan yang kemudian diserahkan kepada pelaku komponen otomotif lokal.

PIKKO, katanya, tidak antiasing karena juga membuka lapangan usaha baru. Namun, jika nilai investasi kisaran Rp20 miliar-Rp50 miliar pada industri komponen masih termasuk skala kecil sehingga perlu diarahkan untuk bermintra dengan banyak pelaku usaha komponen lokal.

“Contohnya ada UKM yang asing 100%, jumlah karyawannya sama dengan kita ada yang 100 orang ada juga yang 10 orang. Mereka sewa ruangan dapat order lalu kasih ke kita, lama-lama habis kita,” jelasnya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M. Azhar Lubis mengatakan, peningkatan kapasitas produksi kendaraan dalam negeri ikut mengerek investasi pada komponen dan suku cadang.

“Dengan bertambahnya kapasitas produksi kendaraan roda empat dan dua di Indonesia, maka yang dulu industri komponen dan suku cadangnya tidak mencapai skala ekonomis, sekarang menjadi skala ekonomis,” paparnya.

Azhar menyebutkan, salah satu contoh ialah pada baja di mana sebelumnya hampir semua diimpor. Saat ini telah terdapat dua perusahaan yang khusus memproduksi baja untuk otomotif. Pendalaman pasar ini mendorong pemain baru untuk masuk ke industri kendaraan bermotor di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Thomas Mola
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper