Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KEBIJAKAN 2015: Kemenperin Fokus Mobil Rendah Emisi

Mulai tahun ini, Kementerian Perindustrian akan memprioritaskan kebijakan terkait dengan produksi mobil rendah emisi.
Asean, khususnya Indonesia, kelak berperan dalam memassalkan produk otomotif teknologi ramah lingkungan. /Bisnis.com
Asean, khususnya Indonesia, kelak berperan dalam memassalkan produk otomotif teknologi ramah lingkungan. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Mulai tahun ini, Kementerian Perindustrian akan memprioritaskan kebijakan terkait dengan produksi mobil rendah emisi.

Direktur Alat Transportasi Darat, Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Soerjono mengatakan memasuki 2015, Kemenperin bersiap memfokuskan kebijakan dan dukungan bagi produksi kendaraan rendah emisi.

Menurutnya, Indonesia sebagai pasar yang cukup besar harus ditopang dengan jajaran produk andalan ramah lingkungan. “Kami akan mulai fokus kepada kebijakan LEV [low emission vehicle],” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (1/1/2014).

Menurutnya, kehadiran produksi kendaraan rendah emisi saat ini memang masih tersendat. Dibandingkan dengan Thailand, di sana produksi kendaraan yang rendah
emisi telah dibesut berbagai produsen otomotif, Indonesia masih tertinggal.

Di sisi lain, Soerjono menargetkan realisasi program pemassalan kendaraan rendah emisi seperti hibrida dan electric vehicle (EV) pada 2025. Akan tetapi, dia tak menyangkal jika program tersebut dapat terwujud lebih dini sebagaimana terjadi pada program low cost green car (LCGC).

Menurutnya, realisasi itu dapat dipercepat, khususnya mobil hibrida diberikan insentif agar mampu memperbesar pasar. Asalkan, ujar Soerjono, pelaku industri dapat memindahkan produksinya di Indonesia.“Hingga saat ini mobil hibrida diimpor, Thailand telah jadi basis produksi mobil ramah lingkungan tersebut,” ujarnya.

Dia memaparkan jika merujuk peta jalan industri kendaraan yang dicetuskan Kemenperin, pemberian insentif serta sokongan bagi produk mobil hibrida ditarget terealisasi pada 2020-2025. Sedangkan sejak 2013, Kemenperin telah merealisasikan program LCGC yang seharusnya baru terwujud pada tahun depan.

“Artinya kita dapat mempercepat program jika memang terdapat permintaan pasar yang signifikan,” tambahnya.

Sementara itu, pada 2020 berdasarkan, lembaga riset global Fourin memperhitungkan penjualan produk otomotif di level Asean mencapai 5,5 juta unit per tahun. Saat ini, Asean menyerap sekitar 4,2%  da ri total penjualan otomotif dunia, atau sekitar 3.549.506  unit.

Pangsa Asean pada 2013 inipun tak berbeda jauh dari tahun sebelumnya. Pada 2012, saat penjualan otomotif dunia mencapai 82,18 juta unit, negara-negara Asean menyerap sekitar 3,47 juta unit.

Lembaga itupun meyakini pasar Asean, khususnya Indonesia, kelak berperan dalam memassalkan produk otomotif teknologi ramah lingkungan.

Sedangkan saat ini, berdasarkan data yang dirilis Fourin, penjualan unit mobil teknologi ramah lingkungan seperti  hybrid electric vehicle (HEV) dan Electric Vehicle (EV) di level Asean hanya mencapai 0,6-0,9% per tahun dari total penjualan level Asean.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Jumat (2/1/2015)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper