Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

40% Dari Total Distribusi Sepeda Motor Akan Diekspor

Pelaku industri menargetkan ekspor sepeda motor tiga tahun ke depan meningkat hingga 40% dari total penjualan saat pasar menyentuh 10 juta unit
Sepeda motor yang siap didistribusikan./Bisnis
Sepeda motor yang siap didistribusikan./Bisnis

Bisnis.com, KARAWANG—Pelaku industri menargetkan ekspor sepeda motor tiga tahun ke depan meningkat hingga 40% dari total penjualan saat pasar menyentuh 10 juta unit.

Menurut Ketua Bidang Komersia Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), selama ini ekspor sepeda motor sulit menyentuh angka 1% dari total distribusi atau wholesales. Merujuk data AISI pada 2013 wholesales sepeda motor mencapai 7,77 juta unit. Dari jumlah tersebut, angka ekspor sepeda motor Tanah Air hanya 27.135 unit atau setara 0,35%.

Pada periode Januari-November 2014, jumlah wholesales mencapai 7,34 juta unit. Dari jumlah tersebut ekspor sepeda motor nasional baru menembus jumlah 36.873 unit atau setara 0,50% dari total penjualan. Menurut Sigit kesulitan utama menembus pasar ekspor karena di setiap negara tujuan memiliki pabrik masing-masing.

Sigit pernah mengatakan kepada Bisnis bahwa masing-masing agen pemegang merek pada tahun depan akan memperluas ekspor. Bahkan menurutnya tahun ini pemerintah berharap anggota AISI yaitu Honda, Yamaha, TVS, Kawasaki, dan Suzuki dapat mengekspor 40% dari seluruh penjualan.

Namun Sigit memperkirakan target itu baru bisa direalisasikan paling cepat tiga tahun ke depan. Untuk menggenjot ekspor, AISI menilai biaya produksi harus lebih kompetitif. Agar hal itu terwujud, industri komponen lokal ke depan harus digenjot.

Saat ini Sigit mengklaim sepeda motor buatan dalam negeri secara kualitas sudah mampu bersaing di pasar internasional. Terlebih dari skala keekonomian industri sepeda motor dalam negeri sudah kuat di pasar lokal. Menurut Sigit, saat ini untuk segmen skuter matik (skutik) dan underbone atau bebek tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sudah mencapai 95%. Sedangkan segmen sport masih harus melakukan impor bahan baku di kisaran 35%-40%.

“Yang paling penting cost production di negara kita harus kompetitif. Selain itu supaya kompetitif harus terus melibatkan komponen lokal. Saat TKDN tinggi akan menjadikan Indonesia basis produksi. Jika sudah demikian setiap brand akan menilai Indonesia sebagai negara pengekspor yang diperhitungkan,” ujar Sigit, Kamis (11/12).

Di sisi lain menurut dia pemerintah harus memberikan insentif dengan meringankan pajak ekspor. Jika tidak demikian Sigit memperkirakan akan sulit bagi industri memperluas pasar ekspor. Terlebih pada 2015 Indonesia menghadapi pasar bebas masyarakat ekonomi Asean (MEA). Sigit menambahkan, pada 2015 setidaknya ekspor bisa digenjot 5%-7%.

“Insentif itu untuk memicu APM menggenjot ekspor. Jika tidak ada pemicu keadaannya  seperti sekarang. Apa lagi saat MEA tahun depan bukan hanya ingin jadi pasar terbesar tapi juga ekspor terbesar. Tahun depan 5%-7% mudah-mudahan bisa itu saja sudah merupakan prestasi,” lanjut Sigit.

Sigit mengaku, dalam memperluas ekspor kawasan Asean yang paling memungkinkan terlebih dahulu dibidik. Vietnam, Myanmar, dan Filipina memiliki prospek yang menggiurkan. Terkait peluang ekspor di kawasan lain, Eropa dinilainya tidak memiliki pasar yang besar. Sigit berharap setelah Asean Indonesia mampu menjajal pasar  China dengan populasi sepeda motor nomor satu di dunia dengan 110 juta unit serta India dengan populasi sepeda motor sekitar 80 juta unit.

Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Soerjono mengatakan, peningkatan ekspor harus dilakukan APM sebagai timbal balik bagi negara yang menjadi basis produksi dari prinsipal yang telah mapan di pasar domestik.

“Kalau mereka tidak melakukan ekspor itu sama dengan dagang biasa. Jangan jago kandang. Mereka harus melakukan ekspor dari negara yang pasarnya telah dikuasai. Pasar domestik ini sebagai base load untuk melakukan ekspor. Sudah kita kasih base load ko gak ekspor. Sekarang kita tinggal nagih janji,” kata Soerjono.

Meski demikian menurut dia saat ini pemerintah belum berencana memberikan insentif tambahan bagi APM yang akan memperluas ekspor. APM hanya mendapatkan insentif yang bersifat umum dan diterima semua pelaku industri otomotif, seperti bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) untuk komponen yang masih diimpor. 

“Insentif segala macam tidak ada. Insentif yang mereka terima dalam rangka memproduksi di dalam negeri seperti impor komponen material dapat (BMDTP). Kalau tidak ekspor balance of trade tidak terjadi,” tutur Soerjono.

Soerjono menambahkan, saat ini pemerintah pun hanya meminta peningkatan ekspor tanpa mematok target. Pemerintah baru akan menjajaki pertemuan dengan prinsipal, dengan tujuan menetapkan persentase besaran ekspor dari total produksi.

Kontributor terbesar industri sepeda motor di Indonesia PT Astra Honda Motor (AHM) rencananya akan mengekspor 40.000-50.000 unit Beat Series pada 2015 ke Filipina. Menurut Direktur Pemasaran PT AHM Margono Tanuwijaya mengatakan, ekspor itu sebagai tahap awal yang akan terus dikembangkan.

Namun Margono saat ini belum bisa mengatakan target perluasan ekspor, produk, atau negara tujuan lain yang akan diekspansi ke depan. “Negara tujuan dan produknya sudah kami persiapkan namun tidak bisa dikatakan saat ini. Kalau untuk Filipina karena ada kebutuhan di sana, modelnya sesuai dan karakter konsumennya sama,” tutur Margono.

Honda akan melihat kebutuhan pasar masing masing negara yang akan dituju. Hal itu dilakukan dengan menganalisa pasar tanpa menentukan target penjualan di awal.  

Yohan Yahya, General Manager and Sales Roda Dua PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) mengatakan, dilihat dari potensi man power, kapasitas produksi, dan sumber bahan baku Indonesia sangat mampu meningkatkan ekspor.

Untuk itu dia berharap pemerintah dapat memberikan insentif lebih bagi pelaku usaha. Pada 2015 Suzuki menargetkan ekspor 10%-15% dari total peroduksi. Angkanya akan digenjot setiap tahun dengan pertumbuhan plus minus 10%. Menurut Yohan pada 2015 sebanyak 50% dari total ekspor adalah produk skuter matik (skutik) melalui kontribusi Address yang baru diluncurkan pada Okober. 

Sekitar 20%-25% produksi sepeda motor baru tersebut akan diekspor pada Januari ke sekitar 20 negara Eropa, Jepang, Australia, dan sebagian negara di kawasan Asia Tenggara. Meski demikian, belum ada target spesifik untuk pasar ekspor.

Senada dengan Yohan, General Manager Marketing Communication, PR & Community Development PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Mohammad Masykur mengatakan, pemerintah harus membantu pelaku usaha dalam hal kebijakan terkait pembiayaan dan adaministrasi.

Yamaha menargetkan tiga tahun ke depan angka ekspor mencapai 100.000 unit lebih per tahun. Pada 2014 Yamaha menargetkan angka ekspor 16.000 unit. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.200 unit adalah global model R 25 yang diekspor ke Jepang.

Pada 2015 rencananya Yamaha R 25 akan merambah pasar Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. Saat ini Yamaha mengekspor Vixion, Jupiter MX dan R 15 ke negara-negara di kawasan Asean.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper