Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ban Radial Impor Gerus Pangsa Pasar Produk Lokal

Perusahaan ban mengeluhkan kehadiran produk impor kategori radial untuk kendaraan niaga jenis truk dan bus yang membanjiri Tanah Air. Pasalnya, ini membuat ban bias dari pabrikan domestik semakin kehilangan pangsa pasar.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan ban mengeluhkan kehadiran produk impor kategori radial untuk kendaraan niaga jenis truk dan bus yang membanjiri Tanah Air. Pasalnya, ini membuat ban bias dari pabrikan domestik semakin kehilangan pangsa pasar.

Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) mencatat pasar ban pengganti untuk truk dan bus kategori bias sepanjang tahun lalu menyusut sekitar 35,7% secara year-on-year. Pada 2012, permintaannya berkisar 1,4 juta unit dan merosot menjadi 900.000 unit pada 2013.

"Artinya, konsumen beralih ke ban yang berteknologi lebih tinggi yakni radial. Peralihan ini dimanfaatkan importir karena pemerintah belum merilis juknis SNI revisi yang mencakup jenis ban ini," kata Ketua APBI Azis Pane kepada Bisnis, Rabu (12/2/2014).

Ban radial menggunakan teknologi lebih maju ketimbang bias. Awalnya, radial belum diproduksi oleh pabrikan ban domestik sehingga barang ini dibeli dari luar negeri alias impor.

Tatkala perusahaan ban di dalam negeri memproduksi radial, justru sulit mendapatkan pasar. Sebab, kebutuhan yang ada sudah terlanjur dipenuhi produk impor dari China dan India.

"Pabrik Gajah Tunggal dan Hankook sudah mulai membuat jenis radial tapi sulit memasarkannya. Maka, kami minta juknis SNI yang baru cepat dikeluarkan. Dan, kalau perlu pemerintah tunjuk importir ban tunggal sekalian," ucap Azis.

APBI mengaku telah menyampaikan surat kepada Kementerian Perindustrian serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Asosiasi meminta pemenuhan SNI ban radial impor ini diperiksa sekalian dengan prosedur importasinya, legal atau tidak.

APBI mencatat sepanjang 2013 total penjualan ban mencapai 49,88 juta unit. Jumlah ini berasal dari penjualan kategori passenger car radial (PCR) 39,74 juta unit dan bias 10,14 juta unit.

Dari total penjualan di atas sekitar 13,44 juta unitnya merupakan ban pengganti, tumbuh 12,6% terhadap 2012 sejumlah 11,93 juta unit. Penjualan ban pengganti kategori PCR mencapai 56% setara 7,54 juta unit, sisanya adalah bias 5,90 juta unit.

Sementara itu, agen tunggal pemegang merek (ATPM) kendaraan komersial mengaku lebih mengutamakan ban pabrikan lokal ketimbang impor. Tentunya, seluruh ban yang dipakai untuk original equipment manufacturer (OEM) harus memenuhi SNI.

"Untuk OEM takkan berani pakai impor apalagi yang tanpa SNI, kebanyakan impornya tidak jelas. Kalau sampai ban tidak memenuhi SNI sangat berbahaya," ujar General Manager PT Isuzu Astra Motor Indonesia Edy J. Oekasah.

Ban dan aki, imbuhnya, merupakan dua komponen kendaraan yang pertama-tama diupayakan lokalisasinya. Tingkan kandungan komponen lokal dari produk light truck Isuzu berkisar 60% sedangkan truk medium baru sekitar 40%.

"Kami ingin meningkatkan lokalisasi komponen truk medium sampai 60%. Sementara light truck masih sekitar 60% karena kami sedang fokus pada perubahan casis dulu," kata Edy.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper