Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Perang Dagang, BMW Kerek Harga Mobil di China

BMW AG menaikkan harga sejumlah mobil SUV di China untuk mengimbangi kenaikkan tarif yang dipicu oleh perang dagang negara dengan Amerika Serikat.
Pemandangan menyeluruh jalur perakitan di mana BMW X4 dibuat di pabrik BMW di Spartanburg, South Carolina, 28 Maret 2014. /REUTERS
Pemandangan menyeluruh jalur perakitan di mana BMW X4 dibuat di pabrik BMW di Spartanburg, South Carolina, 28 Maret 2014. /REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - BMW AG menaikkan harga sejumlah mobil SUV di China untuk mengimbangi kenaikkan tarif yang dipicu oleh perang dagang Negeri Panda tersebut dengan Amerika Serikat.

Produsen mobil mewah Jerman tersebut mengikuti langkah Tesla Inc. yang telah menaikkan harga jual mobil listrik Model S dan Model X awal bulan ini setelah tarif tambahan China pada mobil buatan AS mulai berlaku pada 6 Juli.

Dilansir Bloomberg, BMW pada menyatakan akan meningkatkan harga ritel untuk SUV model X5 dan X6, yang diproduksi di Spartanburg, Carolina Selatan, sebesar 4% hingga 7% untuk pasar China.

Presiden AS Donald Trump telah mengenakan tarif impor atas miliaran dolar produk impor China dan telah mengancam akan menerapkan tarif lebih banyak, dan telah mendorong tindakan pembalasan dari pemerintah China.

Produsen mobil adalah salah satu korban perang perdagangan yang paling terlihat, dan dampaknya merembet ke industri lain termasuk petani kedelai, produsen bahan kimia industri, dan bahkan produsen perangkap lobster.

Tarif tambahan memaksa produsen mobil untuk menanggung biaya tersebut atau membebankannya ke pelanggan. BMW telah memperingatkan sebelumnya bahwa mereka tidak akan dapat menanggung peningkatan biaya sepenuhnya dan menghitung kenaikan harga yang diperlukan.

Dengan kenaikan harga tersebut SUV X5 akan dijual seharga US$107.000 di China. Sementara itu, beberapa versi Tesla Model S sekarang dijual lebih dari US$200.000 di China, dan beberapa edisi Model X dapat mencapai US$230.000.

Mobil yang diproduksi di AS menghadapi tarif impor hingga 40% di China, dibandingkan dengan 15% untuk otomotif yang diimpor dari negara lain. Produsen seperti Tesla dan BMW mulai berencana memperluas produksi di China, pasar mobil terbesar di dunia, untuk mengurangi dampak ketegangan perdagangan dan mengurangi biaya pengiriman.

Di sisi lain, Ford Motor Co. menegaskan kembali pada hari Senin bahwa pihaknya tidak memiliki rencana saat ini untuk meningkatkan harga mobilnya yang di China. Daimler AG bulan lalu memperingatkan bahwa tarif yang lebih tinggi telah melukai permintaan SUV-nya yang menguntungkan seperti lini GLE yang diproduksi di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper