Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hyundai Motor Kembali Diterpa Masalah di China

Hyundai Motor tidak henti ditimpa masalah mengurus usahanya di China. Setelah berbagai masalah yang sebelumnya menimpa, kali ini perusahaan otomotif asal Koreal Selatan ini harus berurusan dengan serikat pekerja.
Mobil baru di kawasan pabrik Hyundai. /Hyundai
Mobil baru di kawasan pabrik Hyundai. /Hyundai

Bisnis.com, JAKARTA – Hyundai Motor tidak henti ditimpa masalah mengurus usahanya di China. Setelah berbagai masalah yang sebelumnya menimpa, kali ini perusahaan otomotif asal Koreal Selatan ini harus berurusan dengan serikat pekerja.

Serikat pekerja Hyundai mengatakan pada 30 Agustus 2017, pihaknya gagal mencapai kesepakatan dengan manajemen mengenai kenaikan upah tahun ini dan akan menunda pembicaraan hingga Oktober 2017, ketika kepemimpinan baru mengambil alih. Serikat pekerja menginginkan kenaikan gaji bulanan dasar sebesar US$137 dan menuntut agar perusahaan menggunakan 30% dari laba bersihnya untuk membayar bonus karyawan.

"Kami tidak dapat menerima saran manajemen untuk menaikkan upah dasar bulanan sebesar 57.000 won dan memotong bonus sebesar 20% dari tahun sebelumnya," kata Park Yu-ki, pemimpin serikat pekerja tersebut, seperti dikutip dari Nikkei Asian Review, Kamis (7/9/2017).

Hal tersebut menambahkan tekanan baru pada Hyundai, yang belum lama terpaksa menutup jalur produksi di China karena diboikot oleh pemasok tangki bahan bakar dengan tagihan yang belum dibayar pada Agustus lalu. Pekerjaan dilanjutkan tapi Hyundai Motor di Beijing masih berhutang kepada pemasok karena tidak menemui kesepakatan dengan mitra usaha patungan China BAIC Motor.

Masalah serupa muncul pada 5 September 2017 ketika pabrik Hyundai di China timur menghentikan operasi setelah pemasok Jerman menolak memasok sistem asupan udara, sekali lagi karena tagihan yang belum dibayar. Hyundai mengatakan bahwa pihaknya akan bernegosiasi dengan pemasok, tetapi tidak jelas kapan pekerjaan akan dilanjutkan.

Perusahaan tidak mengungkapkan berapa banyak utang kepada pemasok. "Ini adalah usaha patungan, jadi kami perlu menyelesaikan masalah ini dengan mendiskusikannya dengan mitra kami. Perusahaan ini mengalami penurunan penjualan, tapi bukan masalah arus kas," kata Son Yong, juru bicara Hyundai.

Hyundai melaporkan bahwa penjualan turun 40,8% menjadi 351.000 unit pada periode Januari-Juli dari tahun lalu di China. Sebagian besar disebabkan oleh sentimen anti-Korea Selatan setelah Seoul berkerja sama dengan Amerika Serikat dalam Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), sistem anti-rudal awal tahun ini.

Sumber mengatakan BAIC tidak bekerja sama dengan Hyundai sebagai bagian dari balas dendam China terhadap THAAD. Pada dekade sebelumnya, Hyundai mendapat pijakan yang signifikan di China setelah mendapat permintaan kendaraan dari perusahaan taksi Beijing melalui kemitraan dengan BAIC, salah satu produsen mobil milik negara terbesar di China.

Namun mitra lokalnya yang berpengaruh itu, tidak dapat melindungi bisnis dari ketegangan politik. Banyak atribut penutupan baru-baru ini di empat pabrik Hyundai sebagai bukti tekanan Beijing yang meningkat kepada Seoul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper