Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OTOMOTIF: Terimbas Kasus Takata, Laba Daimler AG Tertekan

Manufaktur otomotif ternama Daimler AG mencatat estimasi laba dari unit truk akan mengalami penurunan secara signifikan tahun ini akibat tingginya biaya penggantian dari upaya penarikan kembali (recall) kantong udara Takata Corp yang rusak.
/goautocomau
/goautocomau

Bisnis.com, JAKARTA - Manufaktur otomotif ternama Daimler AG mencatat estimasi laba dari unit truk akan mengalami penurunan secara signifikan tahun ini akibat tingginya biaya penggantian dari upaya penarikan kembali (recall) kantong udara Takata Corp yang rusak.

Laba sebelum bunga dan pajak tercatat akan turun dari rekor pencapaian tahun lalu senilai 2,7 miliar euro atau setara US$3,03 miliar akibat merosot tajam permintaan di pasar Amerika Utara dan Timur Tengah. Bahkan, dengan semakin tingginya pengeluaran akibat recall airbag tersebut, Daimler hanya memproyeksi sedikit kenaikan bisnis pada tahun 2016 ini.

"Aksi Daimler tersebut akan menghidupkan kembali sejumlah kenangan buruk dari kesalahannya di masa lalu dan kekhawatiran kredibilitas," ungkap Stuart Pearson, seorang analis Exane BNP Paribas seperti dikutip Senin (23/5/2016).

Penjualan untuk unit truk Daimler diprediksi akan turun lebih dari 10%. "Sayangnya sulit untuk menyangkal bahwa Daimler kini menambah track record kegagalan dalam siklusnya," tambahnya.

Divisi truk Daimer juga berencana untuk mengalokasikan biaya khusus terhadap laba 100 juta euro yang telah diperolehnya untuk biaya pesangon bagi para pekerjanya di Brasil yang terkena PHK.

Pihak perusahaan juga menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan dana sekitar setengah ribu juta euro sebagai bentuk antisipasi aksi recall terhadap airbag Takata Corp di AS dan Kanada. Diprediksi, pengeluaran akibat recall tersebut mencapai 340 juta euro.

Kantong udara buatan Takata Corp diklaim telah mengembang telalu kuat dan pecah. Setidaknya telah ada 13 kemantian di AS dan Malaysia akibat kerusakan kantong udara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yusran Yunus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper