Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Mobil Berpotensi Kembali Terkoreksi

Pelaku industri menilai jumlah total penjualan mobil dipekirakan kembali terkoreksi jika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat konsisten melemah
Ilustrasi - mobil
Ilustrasi - mobil

Bisnis.com, TANGERANG—Pelaku industri menilai jumlah total penjualan mobil dipekirakan kembali terkoreksi jika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat konsisten melemah.

Hal tersebut mengacu pada nilai tukar rupiah yang beberapa hari terakhir menyentuh kisaran Rp14.000 lebih per US$1. Sebelumnya, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) awal tahun ini mematok target penjualan mencapai 1,2 juta unit.

Karena kondisi ekonomi tak kunjung membaik, pada Juni lalu target itu direvisi menjadi kisaran 1,1 juta unit. Pada minggu kedua Agustus, jumlahnya kembali diturunkan menjadi 950.000 unit hingga 1 juta unit.

Ketua Umum Gaikindo Sudirman M. Rusdi mengatakan revisi terakhir itu berdasar pada nilai tukar rupiah di kisaran Rp13.300 per US$1. Melihat rupiah kembali terpuruk dia menyebut ada kemungkinan target total penjualan tahun ini kembali terkoreksi.

Menurutnya, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah besar kemungkinan memaksa agen pemegang merek (APM) kembali menaikan harga jual mobil karena memiliki komponen yang masih impor. Hal itu disinyalir akan menurunkan kembali daya beli konsumen.

Ya harus ada revisi target penjualan karena APM Harus revisi harga jual dan itu berdampak pada penjualan bisa kembali menurun,” ujarnya, Rabu (26/8).

General Manager Marketing Strategy and Product Planning PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Budi Nur Mukmin pun mengakui karena rupiah yang melemah target total penjualan memungkinkan kembali direvisi.      

Dia menilai jika nilai tukar semakin memburuk tingkat kepercayaan konsumen akan lebih rendah. Hal itu tentunya akan memperlambat penjualan.

“Bisa terkoreksi kembali, saya takutnya dengan keadaan seperti ini bisa di bawah 950.000 unit. Bisa 800.000 sampai 900.000 unit,” ucapnya.

Menurutnya, pelaku usaha sempat berharap pasar pada semester II/2015 akan terstimuli momentum Lebaran dan diselenggarakannya dua pameran mobil terbesar. Namun, Lebaran dinilain Budi tak memberikan efeksignifikan. Di sisi lain penjualan di dua pameran mobil tahun ini masih sulit dipetakan.  

“Semua APM punya harapan sama bahwa semester kedua ada recovery, pemicunyakarena Lebaran, GIIAS, dan IIMS, ini dari sisi mikro. Ternyata Lebaran efeknya tidak signifikan dan transaksi di GIIAS dan IIMS belum maksimal, prediksinya recovery di semester dua pasti meleset,” ucapnya.

Dalam kondisi seperti ini, lanjut dia, setiap APM termasuk Nissan harus pandai-pandai mengatur suppy chain. Selain itu, stok di tataran diler pun harus terus diperhatikan. Sehingga dampak pelemahan rupiah terhadap produksi masih bisa dikontrol.

Sementara itu Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Rahmat Samulo mengatakan, nilai tukar rupiah memang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi daya beli konsumen. Oleh karena itu, pihaknya harus mencermati dampak pelemahan rupiah terhadap kondisi makro ekonomi secara keseluruhan.

Jika pengaruhnya signifikan, hal ini akan kembali mereduksi kemampuan pasar dalam menyerap produk baru.

“Kalau bicara pasar dengan nilai tukar seperti ini, apakah hal itu akan berdampak negatif terhadap makro ekonomi. Jika ini berdampak negatif terhadap makro ekonomi tentu membuat kemampuan pasar membeli kendaraan baru berkurang sehingga penjualan akan terkoreksi,” ucapnya.

Executive General Manager of MMC Marketing Division PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Kosei Tamaki mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah memang akan sangat mempengaruhi pasar mobil domestik.

Dia menilai, Gaikindo melakukan revisi untuk kedua kalinya karena dipengaruhi banyak faktor termasuk pelemahan rupiah yang saat itu masih di kisaran Rp13.300 per US$1. Oleh sebab itu, ketika rupiah kembali melemah dia mengamini total pasar bisa di bawah hasil revisi tersebut.

“Kami masih mengikuti Gaikindo, tapi kalau rupiah terus melemah bisa kembali terkoreksi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper