Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SUPER SPORT CAR: Pasar Indonesia Selalu Potensial

Bagi pabrikan mobil premium yang mengandalkan produk completely built up atau CBU, meski pasar di Indonesia tergolong kecil ceruknya tetap menggiurkan. Sehingga, pabrikan tak segan memberikan kesempatan bagi hadirnya diler untuk memperluas pasar
Ferrari 488 GTB/Caranddriver.com
Ferrari 488 GTB/Caranddriver.com

Bisnis.com, JAKARTA - Bagi pabrikan mobil premium yang mengandalkan produk completely built up (CBU), meskipun pasar di Indonesia tergolong kecil ceruknya, tetap saja menggiurkan. Dengan demikian, pabrikan tak segan memberi kesempatan bagi hadirnya diler untuk memperluas pasar.

Salah satu yang tertarik dengan ceruk pasar tersebut adalah pabrikan asal Maranello, Italia, Ferrari. Produsen mobil yang identik dengan citra sport super car tersebut pada Jumat, (31/7), meresmikan diler terbarunya di Jakarta Selatan.

Peresmian itu pun dibarengi dengan peluncuran produk Ferrari 488 GTB yang diperkenalkan pada pasar global di ajang Geneva Motor Show Maret lalu. Hal tersebut dilakukan saat pasar otomotif Indonesia mengalami kelesuan akibat pelambatan ekonomi.

CEO Ferrari Indonesia Arie Christopher mengungkapkan meskipun menyasar konsumen kelas ekonomi papan atas dengan tingkat daya beli yang relatif terjaga, penjualan pihaknya tahun ini tetap mengalami penurunan seiring pelambatan tersebut.

“Tetapi sebagai pelaku usaha kami harus tetap optimistis sehingga peluncuran tetap dilakukan,” katanya di sela-sela peluncuran mobil baru tersebut.

Ferrari Indonesia sebetulnya sudah memiliki diler sejak 2007 lalu. Diler yang baru dibuka ini merupakan pembaruan dengan fasilitas yang diklaim lebih baik. Diler ini sangat dibutuhkan Ferrari Indonesia sebagai strategi menjaga layanan purna jual terhadap konsumen loyal saat pasar tak bertumbuh.

Diler tersebut memiliki luas 497 m persegi dengan ruang pamer yang dapat memajang lima unit mobil. Diler itu pun memiliki tujuh working bay yang bisa melayani servis 10-12 unit mobil per hari.

Saat ini, penjualan terbanyak Ferrari di Indonesia masih didominasi varian 458 yang diwakili 458 Italy, 458 Spider, dan 458 Specialle yang berkontribusi mencapai 70% dari total penjualan. Sisanya adalah produk V8 Front Engine, V12 Front Engine dan V12 Front Engine 2 plus 2.

Di sisi lain Arie mengakui jika pasar mobil premium di kelas Ferrari penjualannya tahun ini  harus turun. Melemahnya pasar terjadi sejak tahun lalu, selain karena melemahnya ekonomi, PPnBm yang mencapai 125% ikut menciutkan keinginan membeli dari konsumen.

Pasar pun dinilainya akan kembali mengecil karena pada akhir Juli lalu terbit Peraturan Menteri Keuangan No 132/PMK. 010/2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan No 213/PMK. 011/2011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor sebesar 10% untuk mobil.

“Pasar pasti menurun tapi belum dihitung kemungkinan persentasenya,” ucapnya.

Meski demikian, Arie enggan menyebut angka penjualan dan kemungkinan penurunannya. Di sisi lain, sumber yang tidak ingin disebut namanya dari Ferrari Jakarta mengamini akan terjadinya penurunan penjualan tersebut.

Sumber anonim itu mengungkapkan, penjualan pihaknya dari awal 2015 hingga saat ini baru mencapai 25 unit. Pada tahun lalu penjualannya hingga mencapai 70 unit. Meski demikian, Ferrari Indonesia mengklaim pasarnya di Indonesia tetap menggiurkan.

Bahkan, di Asia Tenggara pasar Indonesia pernah mengungguli Singapura dengan pangsa pasar hingga 35%. Sisanya, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan sejak tahun lalu Vietnam.

Sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu pun mencontohkan potensi pasar Indonesia yang besar terlihat dari pemesanan dengan kepastian membeli pada produk 488 GTB yang sudah mencapai 20 rang konsumen. Padahal target penjualan mobil itu hanya 15 unit tahun ini.

Ferrari Indonesia menilai, di kelas harga mobil ini konsumen cenderung menahan pembelian untuk menunggu momentum kondisi ekonomi yang lebih stabil. “Jadi konsumen kami bukan tidak ada uang, hanya menunggu momentum saja,” cetusnya.

Aston Martin pun tergiur akan ceruk pasar sport super car di Indonesia. Pabrikan asal Inggris itu meresmikan diler pertamanya untuk membuka pasar dalam negeri pada Mei lalu dan berharap dapat menjual lebih dari 10 unit kendaraan tahun ini.

Menurut Presiden Direktur Aston Martin Indonesia Ian Rianto Susanto, sebelum diler tersebut diresmikan pihaknya sudah mendatangkan kendaraan yang identik dengan James Bond itu ke Indonesia sejak 2011.

“Saat itu statusnya masih sebagai importir umum,” ujarnya dalam kesempatan berbeda.

Sejak 2011 tersebut Ian mengklaim pihaknya sudah menjual Aston Martin mencapai kisaran 40 unit atau rata-rata plus minus 10 unit per tahun. Raihan tersebut dinilai prinsipal sebagai gambaran dari pasar yang potensial.

Diler tersebut terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Menurutnya, kawasan itu dipilih karena merepresentasikan pasar di kelas Aston Martin. Saat lokasi diler tersebut disodorkan kepada prinsipal langsung disetujui karena lokasinya yang strategis.

Meski demikian, Ian enggan membocorkan kepada awak media terkait investasi yang ditanamkan untuk membangun diler tersebut. Sedangkan untuk fasilitas layanan purna jual, pemeliharaan, dan perbaikan bertempat di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Di diler tersebut Aston Martin Indonesia saat ini memasarkan lima varian berbeda. Varian Vanquish akan menyasar segmentasi pasar yang lebih mature.  Varian tersebut menjadi varian tertinggi yang ditawarkan di pasar dalam negeri.

Untuk menyasar konsumen yang lebih muda, ada varian V12 Vantage S. Selain itu, masih untuk menyasar konsumen muda Aston Martin Jakarta pun menawarkan V8 vantage N430.

Bagi konsumen yang menyukai kecepatan tetapi memiliki orientasi keluarga, Aston Martin Jakarta menyediakan Rapide S  4 Door. Sedangkan untuk menyasar pangsa middle high Aston Martin menghadirkan DB9 dan DB5.

Dari pengalamannya memasarkan Aston Martin sejak 2011, Ian mengaku varian Rapide S  4 Door memberikan kontribusi penjualan tertinggi yakni mencapai 50%. Dia memprediksi setelah dibukanya diler tersebut, Rapide S 4 Door masih akan akan mendominasi penjualan dikisaran yang sama.

Dari riset internal Aston Martin, pasar mobil mewah di kelas itu, di Indonesia sejak 2007 mengalami perkembangan pesat. Sehingga, pihaknya tak segan memasarkan secara resmi kendaraan yang dibanderol mulai Rp6 miliar tersebut.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto menilai, meski kecil pasar mobil macam Ferrari dan Aston Martin saat pelambatan ekonomi akan selalu ada.

Pasarnya cukup potensial, dilihat dari kelas mobil yang sama. Hal ini tak lepas dari potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang mendorong daya beli konsumen kelas teratas. Meski demikian, lanjutnya, pertumbuhan kendaraan seperti Ferrari dan Aston Martin akan terbatas pasar yang eksklusif.

“Pasarnya tetap ada tapi pertumbuhannya tidak akan signifikan. Potensinya besar di kelasnya karena ekonomi kita tumbuh, oleh karena itu mereka buka diler untuk meningkatkan after sales menjaga konsumen potensial,” cetusnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper