Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Mobil Di Asia Tenggara Merosot

Penjualan total mobil di negara-negara yang tergabung dalam Asean Automotive Federation pada semester I/2015 hanya menapak 1,48 juta unit, menurun sekitar 7,9% dari capaian tahun lalu yang mencapai 1,60 juta unit
Petugas mengecek kesiapan mobil baru di kawasan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, belum lama ini. Penjualan mobil selama kuartal I/2015 turun 14% menjadi 282.343 unit dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 328.519 unit./Bisnis-Nurul Hidayat
Petugas mengecek kesiapan mobil baru di kawasan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, belum lama ini. Penjualan mobil selama kuartal I/2015 turun 14% menjadi 282.343 unit dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 328.519 unit./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA—Penjualan total mobil di negara-negara yang tergabung dalam Asean Automotive Federation pada semester I/2015 hanya menapak 1,48 juta unit, menurun sekitar 7,9% dari capaian tahun lalu yang mencapai 1,60 juta unit.

Merujuk data Asean Automotive Federation (AAF), dari segi penjualan ada tujuh negara yang tergabung dalam organisasi tersebut. AAF mencatat, penurunan penjualan terbesar sekitar 18,2% dialami oleh Indonesia yang semester pertama tahun ini membukukan 525.458 unit sedangkan pada paruh pertama tahun lalu mencapai 642.110 unit.

Penurunan penjualan kedua terbesar dialami Thailand yang mencapai  minus16,3%. Penjualannya pada semester I/2015 hanya 369.109 unit. Pada semester pertama 2014 penjualannya mencapai 440.911 unit.

Penurunan penjualan terbesar ketiga dialami pasar mobil Brunei Darussalam sebesar 12,3% dari 8.992 unit pada semester pertama tahun lalu menjadi 7.884 unit pada periode yang sama tahun ini. Malaysia pun mengalami penurunan penjualan namun angkanya lebih kecil dari total penurunan pasar yang dicatatkan AAF, yaitu sekitar 3,3%.

Pada semester I/2015 total penjualan mobil di Malaysia sebanyak 322.184 unit, dan pada kurun waktu yang sama tahun lalu penjualannya mencapai 333.158 unit. Sementara itu, tiga negara lainnya yaitu Singapura, Vietnam dan Filipina menorehkan pertumbuhan penjualan.

Ketiga negara tersebut penjualannya pada semester pertama tahun ini masing-masing 34.087 unit, 91.790 unit, dan 131.465 unit. Pada periode yang sama tahun lalu ketiga negara tersebut penjualannya yaitu 19.794 unit, 55.030 unit, dan 108.957 unit, sehingga persentase pertumbuhannya masing-masing sekitar 72,2%, 66,8% dan 20,7%.

Menurut Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto, penurunan pasar mobil di Asia Tenggara tak lepas dari melambatnya kondisi ekonomi global. Apa lagi, yang paling terdampak hal tersebut adalah negara dengan pasar mobil terbesar seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia.

Di sisi lain, penurunan penjualan Indonesia menjadi yang terbesar karena dua hal utama yaitu, pertama, penurunan ekonomi di Indonesia lebih besar dari negara lainnya. Meskipun dari rekam jejak yang ada, pertumbuhan ekonomi per tahun di Indonesia lebih besar dari beberapa negara.

Kedua, Indonesia pun mengalami depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat paling tinggi yakni mencapai 40%. “Negara lain tidak sebesar itu. Karena dua hal itu menjadi faktor utama,” katanya kepada Bisnis, Rabu (29/7).

Sementara itu, pertumbuhan penjualan ketiga negara lebih terjaga karena kondisi ekonomi yang lebih baik. Meski demikian, lanjut dia, potensi pasar terbesar masih dimiliki Indonesia dan Thailand dengan keunggulan populasi penduduk yang ada.

Apa lagi, pelambatan ekonomi diperkirakan bersifat sementara, sedangakan pertumbuhan ekonomi diharapkan menanjak setiap tahun dibarengi dengan terkatrolnya pendapatan perkapita. Di sisi lain, menurutnya, potensi pertumbuhan persentase pasar masih akan dialami Vietnam dan Filipina.

Pasalnya, jumlah penduduk di kedua negara tersebut dilihat Jongkie masih memiliki selisih yang cukup besar dengan mobil yang beredar. “Pendapatan perkapita kedua negara itu di bawah kita tapi pertumbuhannya tidak jelek. Tapi tetap akan terbatas pasarnya karena populasi,” ujarnya.

Dia menambahkan, meski di Singapura pertumbuhan cukup baik, hal itu akan terbatas jumlah penduduk dan kebijakan biaya surat ijin membeli dan memiliki kendaraan yang tinggi. Sementara itu, dia melihat pasar mobil di Malaysia dan Brunei Darussalam sudah berada pada titik jenuh.

Hal itu diamini General Manager Marketing Strategy and Product Planning PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Budi Nur Mukmin. Budi yang pernah menjadi Country Manager Nissan Malaysia dan Vitnam mengatakan, hal ini harus dilihat di masing-masing pasar setiap negara.

“Sebenarnya kondisi pelambatan ekonomi di negara dengan pasar yang turun itu keadaanya mirip,” ujarnya kepada Bisnis.

Menurutnya, ketiga negara yang bisa menuai pertumbuhan penjualan karena keadaan makro ekonomi yag lebih baik. Meski demikian tiga negara yang mengalami pertumbuhan pasar tersebut tetap saja pasarnya akan terbatas dan lebih kecil dibandingkan dengan Mlaysia, Thailand dan Indonesia.

“Kalau ekonomi kembali membaik Indonesia dan Thailand naik lagi. Tapi untuk ekspor Thailand tetap yang megang karena prinsipal mempersiapkannya untuk pemasok global, mereka sudah 50:50 untuk keperluan domestik dan ekspornya,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper