Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Truk: Pengusaha Otomotif Harap Harap Cemas. Tunggu Pembangunan Infrastruktur

Pelaku usaha otomotif berharap pemerintah segera menjalankan rencana proyek pembangunan infrastruktur di sisa tahun ini, agar penurunan penjualan segmen truk bisa ditekan.nn
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku usaha otomotif berharap pemerintah segera menjalankan rencana proyek pembangunan infrastruktur di sisa tahun ini, agar penurunan penjualan segmen truk bisa ditekan.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, pada periode Januari-Mei 2015 total penjualan segmen truk hanya menapak 36.084 unit. Jumlah tersebut diraih dari truk ringan 29.462 unit, truk sedang 3.488 unit, dan truk berat 3.134 unit.

Total penjualan pada kurun waktu tersebut merosot cukup drastis sekitar 36,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 57.180 unit. Pada Januari-Mei 2014 truk ringan terjual sebanyak 46.639 unit, truk sedang 5.509 unit, dan truk berat 5.032 unit.

Penjualan pada Januari-Mei 2015 pun menjadi yang terkecil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada periode yang sama 2013 total penjualan truk mencapai 63.820 unit dengan rincian truk ringan 50.016 unit, truk sedang 6.458 unit dan truk berat 7.346 unit.

Sedangkan total penjualan segmen truk sepanjang 2013 mencapai  140.878 unit. Rinciannya, truk ringan berkontribusi sebanyak 110.811 unit, truk sedang 14.794 unit, dan truk berat mencapai 15.273 unit.

Pada tahun lalu total pasar truk merosot dengan penjualan yang hanya menapak jumlah 118.138 unit. Jumlah itu diperoleh dari truk ringan 96.020 unit, truk sedang 12.128 unit, dan truk berat sebanyak 9.990 unit.

Dari informasi yang dihimpun Bisnis, pelaku usaha mengakui jika pelambatan ekonomi dari tahun lalu yang berlanjut hingga kini memukul telak penjualan kendaraan niaga khususnya truk. Pasalnya saat ekonomi melambat, segmen yang pertama kali terdampak adalah kendaraan niaga.

Pelaku usaha otomotif truk menilai konsumen segmen tersebut yang merupakan pebisnis, cenderung menahan pembelian barang modal hingga kondisi ekonomi dinilai lebih stabil.

“Saat ini yang punya peran penting adalah pemerintah. Kalau pemerintah tidak lebih agresif mendorong pembangunan infrastruktur akan slowly seperti ini sampai akhir tahun,” kata Sales and Promotion Director PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) Santiko Wardoyo kepada Bisnis, Selasa (23/6/2015).

Meski demikian, Santiko masih optimistis penurunan penjualan segmen truk bisa ditekan hingga akhir tahun. Harapannya, di sisa tahun ini pemerintah mengeksekusi program pembangunan dan lebih aktif melakukan belanja negara.

Sehingga, lanjut dia, ada perputaran uang di masyarakat. Jika demikian, dia menilai efek dominonya akan positif bukan hanya di pusat tapi juga hingga menyentuh daerah.

“Saya masih optimistis penjualan truk akan naik, sehingga penurunan 30% lebih itu bisa ditekan,” ujarnya.

Marketing Division Mitsubishi Fuso Trucks and Bus Corporation (MFTBC) PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Duljatmono mengatakan tidak ada faktor istimewa yang bisa mengerek penjualan truk selain berharap pada sektor infrastruktur.

Dia menilai pelaku usaha truk masih harap-harap cemas. Sebabnya, eksekusi proyek infrastruktur belum terlihat signifikan. Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pun belum sesuai harapan pelaku usaha.

“Harapannya semester II/2015 kalau ekonomi lebih stabil bisa naik tapi belum tahu. Mudah-mudahan sektor infrstruktur ini bisa bergerak walau belum terlihat,” ucapnya.

Dia menambahkan, tak heran jika pelaku usaha truk berharap pada pembangunan infrastruktur mengingat janji pemerintah menggenjot proyek di sektor tersebut. Sebabnya, lanjut dia, segmen truk akan melihat pasar yang paling bergerak.

Di sisi lain, karena pelambatan ekonomi sektor komoditas maupun barang tambang ikut merosot. Sedangkan sektor lainnya, seperti makanan dan minuman cenderung lebih stabil meski sedikit menurun.

Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Rahmat Samulo mengamini Duljatmono. Pasar truk sangat terganggu saat sektor tambang dan komoditas anjlok. Dia pun berpendapat sektor logistik cenderung stagnan karena kebutuhannya tetap sama.

“Pembangunan infrastruktur ini yang sedikit menjadi titik cerah. Sehingga penurunan bisa diminimalisisr di akhir tahun dengan bergantung realisasi proyek pembangunan tersebut,” ucapnya.

Samulo menambahkan, jika pasar segmen komersial atau niaga bergerak dampaknya ke sektor lain akan sangat terasa. Hal ini dikarenakan pertumbuhan segmen kendaraan niaga menandakan pergerakan uang di masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper