Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mobil Listrik Masih Sulit "Meluncur"

Agen pemegang merek mobil mengaku siap menghadirkan kendaraan listrik ke Tanah Air, karena di tataran global prinsipal memiliki produk yang memang sudah mengaspal. Namun di sisi lain, mobil listrik sulit berjalan karena tidak adanya infrastruktur dan regulasi yang menopang

Bisnis.com, JAKARTA--Agen pemegang merek mobil mengaku siap menghadirkan kendaraan listrik ke Tanah Air, karena di tataran global prinsipal memiliki produk yang memang sudah mengaspal. Namun di sisi lain, mobil listrik sulit ‘berjalan’ karena tidak adanya infrastruktur dan regulasi yang menopang.   

Jika menilik mobil listrik di dunia, kehadirannya bukan saja sekadar jawaban atas kebutuhan akan energi terbarukan. Mobil listrik seakan menjadi  adu gengsi prinsipal mobil di seluruh dunia dalam hal kemapanan teknologi masa depan.

Sebagai pasar otomotif yang potensial, beberapa agen pemegang merek (APM) pernah berusaha memperkenalkan produk mobil listriknya ke Tanah Air. Salah satunya Nissan melalui produk Nissan Leaf.

Nissan Leaf berkonsep hatchback lima pintu. Diperkenalkan di Jepang sejak 2009 dan pertama kali dilempar ke konsumen setahun kemudian dengan menyasar pasar Jepang dan Amerika Serikat, dan kemudian menyusul pasar lainnya semisal Eropa dan Asia.

General Manager Marketing Strategy and Product Planning PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Budi Nur Mukmin mengklaim Nissan Leaf sebagai mobil listrik pertama yang diproduksi massal di seluruh dunia. Menurutnya, produk ersebut menguasai hingga 90% mobil listrik.

Pasca kehadiran Leaf tersebut, Budi mengaku pihaknya langsung sowan ke beberapa pemangku kebijakan di negeri ini, termasuk Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian ESDM serta tak lupa Gubernur DKI Jakarta saat itu, Fauzi Bowo.

Dia berharap mobil listrik macam Leaf mendapat dukungan regulasi dan infrastruktur agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Bahkan, Nissan Leaf sempat diperkenalkan pada publik otomotif dalam negeri saat motor show 2012 dihelat.

“Tapi pemerintah tidak ada yang tertarik,” katanya kepada Bisnis, Senin (25/5).

Dia menjelaskan, prinsipal Nissan hanya akan memasarkan mobil listrik di negara yang sanggup mendukung dari segi regulasi dan infrastruktur. Budi mencontohkan Malaysia sebagai satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang saat ini terdapat Nissan Leaf mengaspal.

Pemerintah negeri jiran tersebut dinilai Budi siap menyediakan fasilitas charging station. Di sisi lain, saat pertama dipasarkan sekitar 3-4 tahun lalu, pemangku kebijakan di Malaysia memberikan keringanan pajak impor dan PPnBm sebesar 0% bagi Nissan Leaf.

Selain Nissan, Mitsubishi pun pernah memperkenalkan mobil listriknya di Indonesia. Melalui APM Mitsubishi, PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), pada Februari 2011 pabrikan asal Jepang tersebut memperkenalkan i-MiEV ke khalayak di dalam negeri.

Bahkan, dari informasi yang dihimpun Bisnis, i-MiEV menjadi mobil listrik pertama yang berpelat nomor hitam. Namun kini gaungnya tak terdengar lagi. KTB menilai kendala utama sulitnya mobil listrik mengaspal di Tanah Air adalah infrastruktur.  

Saat berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu, CEO of Mitsubishi Motors Corporation Osamu Masuko mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi tantangan lingkungan untuk menghadirkan mobil listrik sejak 2009.

Pada saat itu, Mitsubishi pertama memasarkan i-MiEV di Jepang. Setahun kemudian produk tersebut dipasarkan secara global ke pasar Hong Kong, Australia, serta Eropa. Osamu pun mengklaim sejak saat itu mobil listrik dengan konsep hatchback lima pintu tersebut diproduksi secara massal.

Dia berharap, mobil listrik Mitsubishi dapat segera dipasarkan di Indonesia. Akan tetapi sebelumnya harus dibicarakan terlebih dahulu dengan pemerintah sehingga dapat menjamin ketersediaan infrastruktur dan ditunjang regulasi yang kuat.

“Untuk pastinya saya tidak tahu kapan, tapi jika pembicaraan tersebut mungkin untuk dilakukan tentunya kami akan meminta insentif khusus,” ujarnya.

Head of Corporate Communications BMW Group Indonesia Jodie O’tania mengatakan tidak sulit bagi pihaknya untuk memasarkan mobil listrik di Indonesia jika pemerintah memiliki kebijakan yang mumpuni terkait kendaraan tersebut.

Sejak 2014 lalu BMW telah memasarkan mobil listrik BMW i3 di Singapura. Jodie mengklaim, BMW Indonesia lebih mengedepankan untuk memupuk kesadaran akan pentingnya kendaraan dengan sumber energi terbarukan.

Hal itu dilakukan BMW Indonesia dengan memperkenalkan mobil dengan sumber energi terbarukan pada ajang motor show 2014 lalu. Dia menilai, sebelum memasarkan masyarakat dan pemerintah harus sadar betul pentingnya teknologi mobil listrik bagi masa yang akan datang.  

“Yang bisa kami lakukan saat ini meningkatkan awareness seperti konsep, kegunaan, ekosistem, teknologi hingga produksi,” ucapnya.

Hal tersebut perlu dilakukan karena mobil listrik memiliki perbedaan besar dengan kendaraan kovensional. Saat kesadaran sudah terbangun diharapkan pemangku kebijakan dapat menelurkan regulasi yang mendukung.

Terkait kendaraan listrik, pabrikan otomotif terbesar dunia, Toyota, telah memperkenalkan hal tersebut sejak 2005 lalu. Di tahun tersebut Toyota menghadirkan Toyota i-unit dan Toyota i-swing. Pada 2007 hadir pula Toyota i-real dan setahun kemudian Toyota Winglet.

Sedangkan yang terbaru adalah Toyota FV2 pada 2014. Namun produk-produk itu berbeda dengan mobil konvensional karena merupakan personal mobility.

General Manager Corporate Planning and Public Relations PT Toyota Astra Motor (TAM) Widyawati Soedigdo menjawab pertanyaan mengapa prinsipal Toyota tidak menghadirkan mobil listrik berbentuk konvensioal.

Dia menilai, visi Toyota global hanya menjadikan kendaraan listrik sebagai angkutan pribadi dengan kapasitas maksimal dua orang untuk keperluan jarak dekat. Toyota global menurutnya lebih mengedepankan mobil berbahan hidrogen untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

“Di negara maju untuk jarak jauh transportasi massa sudah bagus. Kendaraan listrik untuk jarak dekat dan ini lebih ribet karena harus nge-charge, sedangkan hidrogen itu senyawa paling banyak dijumpai,” tuturnya.

Dia menambahkan, untuk mengembangkan mobil dengan mesin alternatif seperti kendaraan listrik harus ada komitmen bersama pelaku usaha dan pemerintah. Komitmen tersebut dibuat sebagai cetak biru, isinya bukan hanya rencana industri otomotif jangka panjang, tapi terkait pula masalah lingkungan dan menejemen transportasi.

“Kalau arahannya jelas pasti APM siap untuk ke sana,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper