Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penuruan Laba Divisi Otomotif Astra International Cukup Parah

PT Astra International Tbk. (ASII) harus menelan pil pahit akibat penurunan laba bersih divisi otomotif sebesar 21% menjadi Rp1,61 triliun pada kuartal I/2015 dari sebelumnya Rp2,04 triliun.
Industri perakitan mobil/Ilustrasi
Industri perakitan mobil/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - PT Astra International Tbk. (ASII) harus menelan pil pahit akibat penurunan laba bersih divisi otomotif cukup parah sebesar 21% menjadi Rp1,61 triliun pada kuartal I/2015 dari sebelumnya Rp2,04 triliun.

Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra International, dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Senin (27/4/2015), mengatakan secara keseluruhan, lemahnya permintaan selama kuartal I/2015 disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi dan sedikitnya jumlah produk baru yang diluncurkan.

"Selain itu, persaingan diskon di pasar mobil yang dipicu oleh kelebihan kapasitas produksi pabrik berdampak negatif terhadap laba bersih bisnis ini," ungkapnya.

Bisnis komponen otomotif, sambungnya, juga memberikan kontribusi yang rendah terhadap laba bersih akibat adanya depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Menurutnya, penjualan mobil secara nasional menurun sebesar 14% menjadi 282.000 unit. Penjualan mobil Astra melorot 21% menjadi 137.000 unit, sehingga mengakibatkan penurunan pangsa pasar menjadi 49% dari 53% pada kuartal I/2014.

Padahal, sepanjang kuartal I/2015, emiten berkode saham ASII tersebut telah mengeluarkan enam model baru dan empat model facelift.

Sementara itu, penjualan sepeda motor nasional mengalami penurunan sebesar 19% menjadi 1,6 juta unit. Penjualan sepeda motor PT Astra Honda Motor (AHM) melorot 13% menjadi 1,1 juta unit.

Akan tetapi, pangsa pasar sepeda motor Honda meningkat menjadi 68%. Selama kuartal I tahun ini, AHM telah meluncurkan dua model baru dalam produk sepeda motor.

Adapun, PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO), grup manufaktur komponen otomotif mengalami penurunan laba bersih 67% menjadi Rp87 miliar karena volume margin pabrikan yang lebih rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sukirno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper