Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kendaraan CNG Bagai Berdiri Di Atas Satu Kaki

Kendaraan berbahan bakar compressed natural gas ibarat berdiri di atas satu kaki. Tatkala pemegang merek siap menghadirkan teknologi tersebut, akan tetapi di sisi lain pemerintah belum mampu memberikan dukungan maksimal.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas/Antara
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Kendaraan berbahan bakar compressed natural gas ibarat berdiri di atas satu kaki. Tatkala pemegang merek siap menghadirkan teknologi tersebut, akan tetapi di sisi lain pemerintah belum mampu memberikan dukungan maksimal.

Seperti yang dilakukan PT Honda Prospect Motor (HPM) pada Senin (22/2/2015) lalu, yang menyambangi kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Perusahaan yang memasarkan mobil asal pabrikan Jepang tersebut mendonasikan satu unit sedan Honda City CNG (compressed natural gas) yang diperuntukan sebagai objek riset BPPT. Dalam kesempatan tersebut, Honda jelas sekali ingin memperlihatkan bahwa pihaknya siap menghadirkan kendaraan penumpang berbahan bakar CNG di pasar Tanah Air.

Meski demikian, Direktur Pemasaran dan Layanan Purna Jual PT HPM Jonfis Fandy mengatakan, dalam jangka waktu dekat belum akan memasarkan produk tersebut. Pasalnya, pemerintah seakan setengah hati membangun infrastruktur penunjang bagi kendaraan berbahan bakar CNG.

“Kami belum akan memasarkannya dan dari harga pun belum ada. Infrastruktur di Indonesia belum terpenuhi dan ini murni untuk penelitian BPPT,” ujarnya.

Honda City CNG tersebut diimpor langsung dari Thailand. Di sana, ujar Jonfis, kendaraan berbahan bakar CNG cukup digandrungi. City CNG bisa laku terjual hingga 1.000 unit per bulan.

Hal tersebut didukung dengan tersedianya sekitar 400 unit stasiun pengisian bahan bakar CNG. Dari harga produksi, City CNG lebih mahal sekitar US$1.500. Sedan tersebut harus ditambah tabung CNG dan penambahan komponen pendukung lainnya.

Meski demikian, harga jual menjadi tak terlalu mahal karena pemerintah setempat memberikan keringanan berupa kebijakan finansial bagi kendaraan yang menerapkan teknologi energi terbarukan.

Ditemui di tempat yang sama, Kepala BPPT Unggul Priyanto menyanggupi bahwa pihaknya mampu menyelesaikan uji layak jalan kendaraan tersebut tahun ini. Artinya, andai saja pemerintah sudah mempersiapkan infrastruktur bahan bakar CNG dengan matang, ada kendaraan penumpang yang sudah bisa mengaspal dengan bahan bakar alternatif tersebut.

“Kendaraan ini menjadi kendaraan penumpang dengan bahan bakar CNG asli pabrikan pertama yang kami uji. Tahun ini bisa beres,” ucapnya.

Namun sayangnya, hasil uji BPPT tersebut hanya akan menjadi rekomendasi bagi pemerintah pusat untuk mengambil kebijakan terkait energi terbarukan di masa yang akan datang. Unggul menilai, kendaraan CNG asli pabrikan akan mematahkan stigma kurang aman saat digunakan.

Maklum saja, persepsi kendaraan CNG saat ini kurang aman di mata konsumen. Dari informasi yang Bisnis himpun, pelaku usaha mengakui jika banyak konsumen takut tabung gas CNG meledak.

Pasalnya, selama ini pemerintah menghendaki mobil dengan bahan bakar konvensional beralih ke-CNG dengan penambahan converter kit. Alat tersebut rawan error dalam pemasangannya. Padahal, jika diproduksi dengan benar banyak keunggulan dari kendaraan berbahan bakar CNG.

Dari segi emisi CO2 bahan bakar minyak dengan ron 92 mengandung 168,743 gram/km. Untuk bahan bakar minyak dengan ron 88 mengandung  166,11 gram CO2/km. Sedangkan CNG hanya 135,013 gram CO2/km. Dari segi harga pun CNG hanya Rp3.100 per liter setara premium.

Meski demikian, konsumsi kendaraan terhadap CNG akan lebih besar dibandingkan pada bahan bakar minyak. Jika kendaraan berbahan bakar minyak bisa menempuh jarak sekita 14 km/liter, kendaraan CNG harus mereguk 1 liter untuk jarak tempuh sekitar 12,7 km. Walaupun demikian, jika dihitung rupiah yang harus dikeluarkan, kendaraan CNG lebih murah hingga 50% lebih.

Sementara itu, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, pemerintah memang memiliki peta jalan rencana pengembangan kendaran CNG secara lebih lanjut pada 2016-2017.

Bahkan menurutnya, pemerintah saat ini akan memberikan “penghargaan” bagi pabrikan yang memasarkan kendaraan dengan energi terbarukan.

“Nanti saya sampaikan kepada menteri keuangan dan presiden. Memang pemerintah punya rencana memberikan “áward” bagi produsen yang membuat mobil seperti ini, mungkin bentuknya bisa kebijakan fiskal tapi belum ditetapkan,” katanya.

Produk CNG

Saat ini kendaraan berbahan bakar CNG masih didomonasi kendaraan niaga. Meski demikian jumlahnya pun terbatas. Direktur Penjualan dan Promosi PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) Santiko Wardoyo malah menyatakan kesiapan memasarkan produk CNG.

Dia mengatakan perusahaannya telah menyiapkan beberapa jajaran produk yang dilengkapi dengan pasokan bahan bakar alternatif CNG. Kesiapan itu muncul setelah Hino mendapatkan kepercayaan pengadaan bus Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta (APTB).

Dia menilai bus APTB tersebut telah menandakan kesiapan produsen dalam negeri menyongsong keinginan pemerintah untuk menggenjot penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Selain lebih irit, ujarnya, CNG dapat menekan tingkat emisi.

“2015 kami sudah siap memasarkan lebih banyak lagi, namun tergantung permintaan pasar yang ada,” tambahnya.

Deputi Grup Head Field Marketing PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Marganda Tobing menilai penggunaan energi alternatif seperti gas, merupakan upaya efisiensi penting bagi konsumen truk. Namun demikian, dia mengatakan hingga saat ini produsen masih mengharapkan adanya kemauan pemerintah dalam membangun infrastruktur yang menunjang.

Pabrikan truk asal China, FAW, pun sudah memperkenalkan truk berbahan bakar CNG akhir tahun lalu.Menurut Presiden Direktur PT Gaya Makmur Mobil (GMM) Robert Lie selaku agen pemegang merek FAW, kendaraan tersebut akan menjadi truk masa depan karena CNG lebih ramah lingkungan.

Untuk kendaraan baru itu Robert bahkan tidak memasang target penjualan. Menurut dia, sulit memperkirakan target pasar di Indonesia untuk truk berbahan bakar CNG. Maklum saja, bahan bakar CNG belum terlalu luas digunakan segmen truk.

“Kendaraan tersebut pasarnya memang belum tercipta. Dan untuk target sulit untuk diprediksi. Tapi kami ingin memperkenalkan di Indonesia, ujarnya.

Menurut Robert, diperlukan keseriusan pemerintah untuk mengembangkan truk ramah lingkungan tersebut. Pemerintah diharapkan membangun infrastruktur pengisian bahan bakar yang lebih representatif bagi kendaraan berbahan bakar CNG.

Menurut dia, truk CNG dari FAW sudah lebih dulu mengaspal di negeri jiran Thailand dan Malaysia. Bahkan di Thailand jumlahnya sudah 50% lebih dibandingkan dengan truk berbahan bakar minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper