Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DEPRESIASI RUPIAH: IKM Komponen Otomotif Lokal Minta Insentif

Koperasi industri kecil dan menengah komponen otomotif menyatakan kesulitan mengatasi biaya produksi akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, karena itu mereka meminta agar pemerintah meninjau kebijakan pengenaan pajak impor bahan baku.
 Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Koperasi industri kecil dan menengah komponen otomotif menyatakan kesulitan mengatasi biaya produksi akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, karena itu mereka meminta agar pemerintah meninjau kebijakan pengenaan pajak impor bahan baku.

Ketua Koperasi Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia M Kosasih mengatakan mayoritas anggotanya kini terpaksa memangkas margin akibat adanya penaikan biaya produksi. Sekitar 70 anggota KIKO merupakan pemasok komponen otomotif di level Tier 2 dan Tier 3, mereka masih mengandalkan bahan baku berupa besi dan baja impor.

Menurutnya, hampir 50% material yang didominasi besi dan baja harus didatangkan dari berbagai negara. Di sisi lain, bagi segala jenis barang impor, pemerintah memberlakukan pengenaan pajak, sehingga biaya produksi pun kian membengkak.

Lebih jauh lagi, kondisi demikian membuat produsen lokal kian terjepit, pasalnya harga jual komponen lokal mustahil dikerek mengikuti naiknya biaya produksi. “Para produsen harus memperoleh kesepakatan ataupun persetujuan dengan prinsipal,” jelas Kosasih.

Karena itu, produsen komponen lokal meminta pemerintah membebaskan bea masuk maupun pengenaan pajak bagi impor bahan baku. Alternatif jalan tersebut, kata Kosasih, dimungkinkan dengan menimbang kondisi keberlangsungan nyawa produsen komponen lokal.

“Sebab pemerintah pun tidak menyediakan alternatif jangka panjang dengan membangun pabrik baja yang mampu memasok bahan baku bagi kami,” tuturnya kepada Bisnis.

Sejauh ini KIKO lebih banyak memasok kebutuhan komponen pabrikan alias original equipment manufacturer (OEM) tetapi ada pula produk aftermarket-nya. Porsi nilai penjualan komponen ke aftermarket setara 10% dari total omzet Rp1,4 triliun pada tahun lalu.

Selebihnya merupakan nilai penjualan ke pabrikan otomotif. IKM komponen yang bernaung di dalam KIKO seluruhnya adalah pebisnis pribumi.

“Kalau problem material tersebut tidak tertangani, dan teknologi tidak diperbaharui dengan penambahan modal, maka industri komponen lokal tetap akan kalah meski industri otomotifnya berkembang,” tambah Kosasih.

Tidak adanya produsen baja yang mampu memasok produsen komponen inipun diakui Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Budi Darmadi menilai lemahnya industri baja nasional untuk memasok kebutuhan industri otomotif berkaitan dengan minimnya teknologi canggih.

Budi mengamini keluhan pelaku industri komponen lokal yang kesulitan akibat ketergantungan bahan baku impor. Bahan baku tersebut terutama berkaitan dengan pendatangan pelat baja dari luar negeri.

“Kalau produksi pelat baja dari pabrikan lokal hanya mampu menutup kebutuhan yang terbatas, tidak spesifik, atau berkualitas baik, tipis, dan lentur sebagaimana digunakan membuat barang otomotif,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Nurbaiti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper