Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Raksasa Otomotif Korea Belum Mau Bangun Pabrik di Indonesia. Ini Alasannya

Pemain besar di pasar otomotif Indonesia asal Korea Selatan, KIA dan Hyundai, belum berencana bangun pabrik di Tanah Air. Pasalnya, pasar keduanya dinilai belum terlalu besar.
  Hyundai i10. /
Hyundai i10. /

Bisnis.com, JAKARTA—Pemain besar di pasar otomotif Indonesia asal Korea Selatan, KIA dan Hyundai, belum berencana bangun pabrik di Tanah Air. Pasalnya, pasar keduanya dinilai belum terlalu besar.

Tahun ini saja PT Kia Mobil Indonesia (KIM) hanya menargetkan penjualan sekitar 10.000 unit, sedangkan PT Hyundai Indonesia Motor (HIM) hanya mematok 3.500-4.000 unit penjualan.

Sebagai gambaran, dari data Gabungan Industri Kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo) pada 2013 wholesales KIM dan HIM masing-masing 12.121 dan 3.869 unit.

Jumlah tersebut setara dengan  1% dan 0,3% pangsa pasar otomotif nasional. Untuk memperluas pasar, keduanya fokus memperluas jaringan.

“Sampai sekarang belum ada rencana investasi untuk bangun pabrik. Untuk penetrasi pasar, kami utamakan suplai tepat waktu sehingga memenuhi demand. Selain itu kami perluas jaringan,” kata Presiden Direktur PT HIM Mukiat Sutikno kepada Bisnis, Sabtu (19/7/2014).

Senada dengan Mukiat, Marcomm Manager PT KIM Ridjal Mulyadi mengaku pihaknya belum berencana menanamkan modal dalam bentuk pabrik di Indonesia.

Menurut dia, prinsipal Korea Selatan masih mempertimbangkan banyak hal termasuk volume pasar, man power, serta regulasi pemerintah.

“Kami belum ada pembicaraan detail ke sana. Saat ini belum punya rencana bikin pabrik tapi kalau untuk mendatang kami lihat perkembangannya saja. Untuk memperluas pasar kami keluarkan produk dan perluas jaringan,” ucapnya dalam kesempatan berbeda.

Ridjal melanjutkan pembangunan pabrik akan sangat tergantung pasar di negara tersebut. Pabrik yang disyaratkan prinsipal Korea Selatan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan di satu negara. Cakupannya harus lebih luas ke tataran regional.

“Selama ini menilai lebih efektif masukin mobil daripada kita produksi. Volumenya gak nyampe, 10.000-12.000 per tahun volumenya belum lah masih jauh,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper